Senin, 29 Desember 2008

PENYAKIT SARS

EVALUASI PENANGGULANGAN SARS DI INDONESIA


Indonesia bukan negara/wilayah yang terjangkit SARS dan aman untuk setiap orang yang akan datang dan pergi dari Indonesia. penjelasan ini merupakan progress report upaya Pemerintah Indonesia dan jajaran Kesehatan pada umumnya dalam upaya penanggulangan SARS di Indonesia yang masih terus dimantapkan di seluruh wilayah Indonesia. Penjelasan ini disampaikan oleh Bapak Menteri Kesehatan Republik Indonesia atas nama Pemerintah Republik Indonesia, pada acara Jumpa Pers tanggal 17 Juni 2003 di Gedung Departemen. Kesehatan Republik Indonesia dengan tema Upaya Penang gulangan SARS di Indonesia.


Kasus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong ( China ) pada bulan November 2003. Adanya kejadian luar biasa di Guangdong ini baru diberitakan oleh WHO empat bulan kemudian yaitu pada pertengahan bulan Februari 2003. Pada waktu itu disebut sebagai Atypical Pneumonia atau Radang Patu Atipik. Informasi WHO ini menjadi dasar bagi DepKes untuk secara dini pada bulan Februari 2003 menginstruksikan kepada seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP ) di Indonesia yang mengawasi 155 bandara, pelabuhan laut dan pos lintas batas darat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah penangkalan yang perlu.

Pada tanggal 11 Maret 2003, WHO mengumumkan adanya penyakit baru yang menular dengan cepat di Hongkong, Singapura dan Vietnam yang disebut SARS. Pada tanggal 15 Maret 2003 Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa SARS adalah ancaman global atau Global Threat. Dengan adanya pernyataan itu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tangal 16 Maret 2003 segera berkoordinasi dengan WHO dan menginformasikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah sakit Provinsi, KKP di seluruh Indonesia dan lintas sektor terkait untuk mengambil langkah yang perlu bagi pencegahan penularan dan pencegahan penyebaran SARS pada tanggal 17 Maret 2003. Pada waktu itu belum diketahui apakah penyakit ini sama dengan Atypicak Pneumonia yang berjangkit di Guangdong. pada bulan April 2003 barulah WHO memastikan bahwa Atypical Pneumonia di Guangdong adalah SARS

Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya, SARS meneybar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus Corona atau Coronavirus.

Departemen Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat (community transmission) di Indonesia

Strategi yang dijalankan untuk mencapai tujuan itu adalah : upaya public awareness melalui upaya advokasi dan sosialisasi, pemantauan atau surveilans kasus secara epidemiologi berdasarkan informasi masyarakat, informasi rumah sakit dan informasi KKP, menyiapkan rumah sakit baik sarana maupun prasarananya serta pengetahuan dan keterampilan petugas. Kesemuanya itu ditunjang dengan mengembangkan kemampuan pemeriksaan di laboratorium dan penelitian mengenal penyakit tersebut. Untuk menunjang pelaksanaan penanggulangan SARS pada tanggal 3 April 2003 ditetapkan keputusan

Menteri Kesehatan No. 424 Tahun 2003 tentang SARS sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Dengan penetapan ini maka Undang-undang nomor empat tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dapat diterapkan dalam penanggulangan SARS.

Langkah tindak lanjut untuk menjalankan strategi itu memerlukan sumber daya (tenaga, sarana, dan pembiayaan serta pedoman-pedoman baik untuk jajaran kesehatan maupun masyarakat umum), yaitu dengan :

PUBLIC AWARENESS Untuk memberi pengetahuan dan kewaspadaan tentang SARS kepada masyarakat luas termasuk kepada jajaran kesehatan, sektor di luar Departemen Kesehatan dan jajaran pemerintah daerah serta LSM, Ikatan Profesi dan lain-lain dibentuk Tim Sosialisasi dan Advokasi untuk melakukan Advokasi dan sosialisasi telah disusun satu seri pedoman yang terdiri dari 7 Buah Buku Pedoman yaitu :

Pedoman Kewaspadaan Universal bagi Masyarakat

Pedoman Kewaspadaan Universal di tempat-tempat umum.

Pedoman Kewaspadaan Universal bagi petugas kesehatan.

Pedoman Pemeriksaan SARS di Bandara, Pelabuhan dan Lintas Batas.

Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit SARS

Pedoman Penatalaksanaan Kasus.

Pedoman Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen.



Selain itu diterbitkan Poster, Booklet, leaflet dan Flyer (baik untuk jajaran kesehatan kabupaten/kota dan khusus untuk para TKI). Sejumlah perusahaan /pihak swasta sangat membantu dalam pengadaan bahan-bahan tersebut. Sosialisasi pada masyarakat luas dilakukan melalui media massa dan melalui situs-situs SARS yang dapat dilihat pada http://www.infeksi.com ; http://www.penyakitmenular.info dan http://.www.asean-disease-surveilance.net serta saluran informasi lainnya seperti Hotline Service RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta (021)- 6506568, Posko Pelayanan Antisipasi KLB SARS Tlp. (021)-4265974, 021-640141 maupun telepon langsung ke Bagian Humas DepKes dengan No. Telepon 021-5223002 dan Pusat penanggulangan Masalah Kesehatan DepKes 021- 5265043.



KESIAPAN RUMAH SAKIT Menetapkan 34 Rumah Sakit menjadi rumah sakit rujukan SARS berdasarkan kriteria :

Di Wilayah pintu masuk laut/udara dari luar negeri

Di Wilayah kantong-kantong TKI yang baru pulang dari luar negeri.



Dari 34 rumah sakit tersebut 6 rumah salit ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan utama, yaitu RS H.Adam Malik Medan, RS Otorita Batam, RSUP Dr. Kariadi Semarang, RSUD Dr. Sutomo Surabaya, RSUP Sanglah Denpasar dan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tiap rumah sakit rujukan utama tersebut diberikan dana Rp. 100. Juta rupiah untuk penyiapan ruang isolasi dan triase. Dalam ruang isoalsi minimal terdapat 2 tempat tidur (TT) untuk kasus probable dan 4 TT untuk kasus suspek. Selain itu diberikan alat-alat untuk proteksi perorangan dan alat-alat universal precaution dan peralatan medik.

Untuk RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso sebagai RS Rujukan Nasional SARS disiapkan 20 TT bagi penderita dan 50 TT bagi perawatan pasca sembuh namun masih infeksius, 3 ambulans khusus SARS, peralatan medik dan alat proteksi perorangan. saat ini sedang dibuat EWORS ( Early Warning Outbreak Recognition System ) di 34 RS Rujukan untuk aspek hospotal base surveilans. Setiap RS rujukan dibentuk Tim Penanggulangan SARS di rumah sakit, pelatihan bagi perawat untuk pengetahuan tentang universal precaution, workshop dan pelatihan tentang Strict Barrier Hospital and Nursing Care dengan dana antara lain dari bantuan WHO sebesar Rp. 485.724.300,-.

Pelatihan dimasing-masing rumah sakit (inservice training) bagi seluruh petugas yang terlibat dalam penanganan SARS (kegiatan ini masih berlangsung). Tatalaksana kasus SARS di rumah sakit berdasarkan pedoman yang disusun oleh Depkes bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI).



SURVEILANS Di Indonesia terdapat 45 KKP yang mengawasi 155 bandara, pelabuhan laut dan pos lintas darat yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu ada 24 KKP yang mengawasi bandara/pelabuhan laut yang disinggahi alat angkut (peasawat udara dan kapal laut) yang datang dari negara terjangkit SARS. Untuk petugas KKP telah dilakukan pelatihan petugas dan penyediaan barrier nursing protection.

Untuk kesiapsiagaan penanggulangan SARS dilakukan penambahan tenaga kesehatan di lokasi-lokasi Bandara Soekarno-Hatta ( terminal 2 dan terminal 3 ) sebanyak 41 orang dokter (21 dokter dari brigade Siaga Bencana /BSB Jakarta) dan 12 perawat dari dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso sebanyak 13 dokter dari Ditjen PPM dan PL. Pelabuhan tanjung Priok sebanya 4 dokter dari Ditjen PPM dan PL. KKP Batam sebanyak 56 dokter dengan rincian ; 29 dokter dari BSB Bandung, 17 dokter dari BSB DI Yogyakarta dan 10 dokter dari BSB Semarang.

Departemen Kesehatan juga menerima laporan kasus SARS dari masyarakat termasuk yang dimuat di media massa. terhadap semua informasi dugaan SARS tersebut dilakukan pengecekan untuk dikonfirmasi oleh Tim Pakar dan Tim Verifikasi. Kasus suspek dan probable harus dilaporkan oleh setiap rumah saki dan fasilitas kesehatan ke Departemen Kesehatan. Data klinis setiap kasus yang dilaporkan akan diverifikasi oleh Tim Verifikasi dan Tim Pakar. Kasus-kasus yang tidak memenuhi kriteria akan dikeluarkan dari daftar sebagai kasus bukan SARS. Apabila diperlukan hubungan telepon juga digunakan untuk mendiskusikan kasus yang dilaporkan dengan dokter yang menangani kasus. Lebih dari 80.000 TKI bekerja diluar negeri (Didaerah-daerah terjangkit SARS). Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan sangat mungkin mempunyai hubungan yang dekat (close contact). Oleh karena itu perhatian khusus diberikan kepada para TKI dengan jalan melakukan pemeriksaan kesehatan (termasuk pengukuran suhu) di terminal 3. Apabila dari mereka menunjukkan gejala sakit segera dirujuk ke rumah sakit. Mereka juga diberikan penyuluhan mengenai pencegahan SARS dan diberikan masker untuk digunakan bila menunjukkan gejala penyakit semacam flu, juga disarankan untuk tidak keluar rumah (home isolation) selama 10 hari sejak kedatangannya. Petugas Kesehatan di daerah TKI tersebut berkewajiban untuk mengawasi mereka.

Upaya surveilans epidemiologi SARS di Indonesia mencakup pemeriksaan penumpang di bandara pada saat kedatangan (arrival screening) dan saat keberangkatan (pres-departure screening), pemeriksaan TKI yang datang dari daerah terjangkit SARS, surveilans SARS di rumah sakit dan sarana kesehatan, surveilans SARS dan penumonia di masyarakat, investigasi dan pelacakan kontak. Denga cara demikian adanya penderita SARS akan dapat dideteksi sedini mungkin. Untuk menunjang kegiatan dan keberhasilan surveilans SARS akan ditempatkan sejumlah 20 thermo scanner di bandara dan beberapa pelabuhan laut dan sejumlah thermo digital (telinga).



PEMERIKSAAN LABORATORIUM Salah satu respon awal untuk pemeriksaan laboratorium SARS dilakukan bekerja sama dengan US NAMRU-2 Jakarta dalam mengambil spesimen dari kasus suspek dan probable dan kemudian dikirim ke CDC Atlanta. Untuk mendukung ini Depkes telah menyusun pedoman untuk pengambilan dan pengiriman spesimen berdasarkan pada pedoman WHO dan CDC. Petugas laboratorium dari rumah-rumah sakit provinsi telah dilatih menggunakan pedoman tersebut.

Tiga laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium SARS rujukan adalah Badan Litbangkes Depkes, bagian Mikrobiologi UI dan laboratorium Bio Medical Mataram. 4 Batch spesimen SARS yang diambil dari 24 pasien telah dikirim ke CDC Atlanta dengan hasil negatif untuk kedua pemeriksaan RT-PCR dan tes Serologi. Selain itu laboratorium di Medan dan Makassar diikutsertakan untuk mengembangkan pemeriksaan laboratorium SARS

Dalam penanggulangan SARS, Indonesia juga menerima bantuan dari dalam dan luar negeri antara lain dari Pemerintah Amerika Serikat berupa 5.000 masker, pemerinta Jepang berupa peralatan pelindung dan perlengkapan laboratorium senilai 30 juta yen atau sekitar US $­­ 250.000, pemerintah Singapura akan menyumbang 1 buah thermo scanner, PT. Johnson Home Hygiene Product berupa masker.

Jumlah penderita SARS didunia dalam periode November 2003 - Mei 2003 meningkat dari waktu ke waktu. Tetapi pada bulan Juni 2003 penderita baru SARS disunia mulai meurun. Pada tanggal 13 Juni 2003 jumlah kumulatif penderita SARS probable yang dilaporkan berjumlah 8.554, jumlah penderita baru 10 orang, jumlah yang meninggal dunia 792 orang dan jumlah yang sembuh 6,793 orang. Ada 32 negara/wilayah yang pernah melaporkan adanya kasus probable SARS.

Pada tanggal tersebut jumlah negara/wilayah yang paling banyak melaporkan kasus probable SARS adalah RRC 5.327, Hongkong 1.755, Taiwan 693, Singapura 206, Canada 242 dan Vietanam 63 orang. Di Indonesia, sampai dengan 16 Juni 2003 ditemukan 7 kasus suspek dan 2 kasus probable Jumlah orang yang berobat di Indonesia karena khawatir dirinya menderita SARS atau diduga SARS sebanyak 112 orang. Setelah diperiksa, dari jumlah ini ada 103 orang dipastikan bukan menderita SARS.

7 Kasus suspek SARS terdiri dari 3 wanita dan 4 pria yang berusia antara 20 - 57 tahun. Sebanyak 5 orang diantaranya pernah berkunjung ke Singapura dan 2 orang pernah berkunjung ke RRC. Mereka berdomisili di Jakarta, Depok, Tangerang. Sedangkan 2 kasus probable SARS terdiri dari 2 pria masing-masing berusia 47 tahun (WNA) berdomisili di Tangerang dan telah kembali ke Hongkong dan berusia 65 tahun (WNI) berdomisili di Medan, keduanya baru kembali dari Singapura saat menderita SARS. Sebanyak 6 kasus suspek SARS dirawat di RSPI - SS Jakarta dan 1 kasus di RSUP Adam Malik.

Dari 2 kasus probable SARS seorang dirawat di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso dan seorang dirawat di RSUP Adam Malik Medan. Semua kasus suspek SARS dan Kasus Probable SARS, sample darah dan usapan tenggoroknya dikirim dan diperiksa di CDC Atlanta dan semuanya menunjukkan hasil negatif untuk virus Corona. Untuk kasus suspek dan probable SARS dan kasus yang diduga SARS tertentu dilakukan investigasi atau pelacakan kontak dari investigasi dan pelacakan kontak ini ditemukan sebanyak 103 orang yang diduga kontak. Seluruh kontak ini dilakukan manajemen kontak berupa penyuluhan dan surveilans. Investigasi, pelacakan dan manajemen kontak dilakukan atas kerja sama Ditjen PPM dan PL, Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota dan Puskesmas, Keluarga dan teman sekerja.

SARS berdampak negatif pada perekonomian negara khususnya dibidang penerbangan, pariwisata dan tenaga kerja. Adanya negara/wilayah yang terjangkit SARS menyebabkan berkurangnya jumlah penerbangan dan jumlah penumpang dengan tujuan negara/wilayah tersebut. Sebagai contoh antara lain dampak terhadap airline yang dimuat di Majalah Bussines News tanggal 4 April 2003 yang memberitakan jumlah penumpang GIA dari Singapura turun hingga 20 %, biro perjalanan juga melaporkan penurunan penumpang antara 50 - 70 %, Bertia Harian Kompas tanggal 5 April 2003 tingkat hunian hotel di Batam menurun hingga 10 %.

Adanya negara/wilayah terjangkit SARS diwilayah regional ASEAN juga mengimbas pada menurunnya kunjungan wisata ke Indonesia. Di samping itu, karena tenaga kerja Indonesia juga banyak yang bekerja di negara/wilayah terjangkit SARS maka pengiriman TKI ke negara/wilayah terjangkit SARS untuk sementara tertunda.

Untuk mengatasi dampak SARS pada perekonomian regional diadakan KTT Khusus ASEAN Plus 1 ( RRC ) dan Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN Plus 3 (RRC, Jepang dan Korea ) di Kuala Lumpur, Forum penerbangan ASEAN plus 3 di Filipina dan pertemuan Regional ASEAN tentang SARS di Siem Riep, kamboja dan di bangkok Thailand. Pertemuan Menteri Kesehatan APEC tentang SARS akan diadakan di bangkok tanggal 28 Juni 2003.

Berdasarkan laporan dari Rumah-Rumah Sakit seluruh Indonesia, Dinas Kesehatan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan seluruh Indonesia yang dipantau setiap hari sejak tanggal 14 Mei 2003 sampai hari ini 17 Juni 2003 Tidak Ada Kasus Suspek Baru maupun Kasus Probable Baru di Indonesia. Namun Demikian masyarakat masih harus waspada karena masih ada wilayah diluar Indonesia yang masih menunjukkan adanya penularan secara lokal di wilayah tersebut per 13 Juni 2003 yaitu diantaranya adalah Kanada ( Toronto ), China ( Beijing, Hongkong danTaiwan). Oleh karena itu pengamatan penyakit SARS melalui kegiatan surveilans SARS akan terus dipertahankan dan ditingkatkan misalnya pre departure screning tetap akan diberlakukan begitu pula Arrival Screening berupa pengisian Health Alert Card.

Begitu pula surveilans penyakit pneumonia pada orang dewasa dirumah-rumah sakit akan dilaksanakan seperti surveilans AFP. Karena itu saya ( Menteri Kesehatan RI ) berpesan kepada masyarakat luas, media cetak/elektronik, tenaga kesehatan untuk terus menerus meningkatkan pengawasan publik tentang SARS dan mewaspadai SARS tetapi tidak panik.

FACT-SHEET
PERKEMBANGAN SARS ( GLOBAL DAN DI INDONESIA )



Riwayat singkat penyebaran SARS dan upaya-segera Depkes dalam mengantisipasi penyebarannya di Indonesia : 1 November 2002 :
untuk pertama kali ditemukannya penyakit Atypical Pneumonia di Propinsi Guangdong RRC yang kemudian diyaikini sloh WHO sebagai SARS.





11 Februari 2003 :
SARS di Guangdong diberitakan secara resmi oleh WHO melalui website : http://www.who.int.



Akhir Februari 2003 ( 2 minggu sebelum WHO mengumumkan SARS sebagai ancaman global )
Depkes telah mengambil langkah penangkalan dini dengan menginstruksikan seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan ( KKP ) di Indonesia agar meningkatkna kewaspadaannya dan mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu ( di Indonesia ada 45 buah KKP yang bertanggung jawab dalam mengawasi dan melaksanakan penangkalan dan pencegahan masuknya penyakit karantina dan penyakit menular tertentu ke Indonesia melalui bandar udara, pelabuhan laut dan pos lintas batas darat )



10 Maret 2003 :
SARS menyebar ke luar Guangdong, yaitu ke Hongkong dan Hanoi ( Vietnam ).
Penyebaran pertama di Hongkong terjadi di kalangan petugas rumah sakit, dan selanjutnya menyebar ke negara-negara lain melalui orang-orang yang tertular dan melakukan perjalanan lintas negara.



15 Maret 2003 :
WHO menyatakan secara resmi bahwa SARS adalah ancaman global ( Global Treat ) dengan pertimbangan :
(1) SARS penyakit baru yang belum diketahui penyebabnya
(2) Penularannya terutama terjadi dikalangan petugas kesehatan melalui sarana kesehatan
(3) SARS menyebar antar negara melalui orang yang melakukan perjalanan lintas negara.



16 Maret 2003 :
Diadakan rapat konsolidasi dan koordinasi antara Depkes dan WHO dengan hasil-hasil :
(1) Mengeluarkan edaran dari Direktur Jenderal P2M dan PL kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala KKP, Direktur RS Provinsi untuk mengambil langkah bagi pencegahan penyebaran SARS di Indonesia ( dikirim melalui faksimili tanggal 16 Maret 2003 sore hari )
(2) Membentuk Task Force SARS di Ditjen P2M dan PL
(3) Membuka POSKO SARS di Ditjen P2M dan PL ( No. Telp. 021-42655974 )
(4) Melaksanakan piket harian SARS di di Ditjen P2M dan PL serta Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan ( PPMK ) dengan No. Telp. 021-5265043



17 Maret 2003 :
Konferensi Pers dengan Menteri Kesehatan

3 April 2003 :
Menteri Kesehatan menetapkan SARS sebagai penyakit yang berpotensi wabah

4 April 2003 :
Pemerintah Indonesia mengeluarkan Travel Advisory, yaitu menganjurkan agar warga negara Indonesia yang akan berkunjung ke negara / wilayah terjangkit SARS menunda dulu. Namun apabila suatu sebab terpaksa harus berkunjung hendaknya memperhatikan :
(1) Tidak membawa orang lanjut usia atau anak balita
(2) Mempersiapkan diri dalam pencegahan SARS
(3) Memperhatikan petunjuk jajaran kesehatan setempat tentang pencegahan SARS.



16 April 2003 :
WHO mengumunkan dengan resmi bahwa virus corona dinyatakan sebagai penyebab SARS ( berkat kerjasama 13 lembaga penelitian di seluruh dunia )



25 April 2003 :
Pertemuan Menteri-menteri Kesehatan ASEAN + 3 ( Korea, Jepang, RRC )dan Hongkong.



29 April 2003 :
KTT ASEAN + 1 ( RRC ) antara lain menyepakati :
(1) Peningkatan kerjasama dalam penanggulangan SARS
(2) Pemeriksaan penumpang yang tiba dan berangkat dari negara ASEAN + 1 untuk mencegah penyebaran SARS.



12 ? 16 Mei 2003 :
Delegasi Indonesia menjelaskan kepada negara-negara anggota WHO dlaam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia ( World Health Assembly ) di Jenewa melalui booklet yang dibagikan, berjudul
? Indonesia is not a SARS affected country ?



15 ? 16 Mei 2003 :
Diadakan ASEAN + 3 Aviation Forum di Pampanga, Filipina, yang memantapkan kesempatan tentang pemeriksaan penumpang pada saat kedatangan dan keberangkatan di bandara.

2 Kriteria penderita diduga SARS di Indonesia :

Kasus Observasi SARS :
Jika data penderita masih perlu dilengkapi



Kasus Suspect :
Jika data klinis menunjukan criteria suspect menurut WHO ( Suhu tubuh > 38 Der C, batuk-batuk, sesak napas/kesulitan bernapas, ada riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit atau kontak langsung dengan penderita )



Probable :
Jika data klinis menunjukan kasus suspect + gambaran rontgen paru-paru menunjukan pneumonia, atau jika penderita tersebut meninggal pada pemeriksaan autopsi menunjukan pneumonia yang tidak diketahui sebabnya atau menunjukan RDS ( Repiratory Disstress Syndrome).

Bukan Kasus SARS
Bila data klinik lengkap, tapi ternyata tidak ada kaitannya dengan SARS.

3. Data Global dan Indonesia
(1) Global ( 29 Mei 2003 )

10 Provinsi di RRC terjangkit SARS, yaitu :
Beijing, Guangdong, Hubei, Hebei, Inner Mongolia, Jiangshu, jilin, Shanxi, Shaanxi, dan Tianjin.

Selain RRC, negara / wilayah yang masuk daftar sebagai negara terjangkit : Canada, ( Toronto ), Hongkong, Singapura dan Taiwan )

Jumlah negara yang melaporkan / pernah melaporkan adanya kasus Probable SARS ada 31 negara / wilayah dengan jumlah kasus 8.295 ( 17 kasus baru, 750 kasus meninggal, 4.994 kasus telah telah sembuh )

(2) Indonesia
Jumlah kasus probable : 2 ( 1 WNA, 1 WNI )
Jumlah kasus suspect : 7 ( 1 WNI, 6 WNI )

(3) Data sampai dengan 13 Juni 2003
Dari 10 Provinsi hanya 3 provinsi di RRC yaitu : Beijing, Hongkong, Taiwan
Negara / wilayah yang masih ada transmisi local adalah : Canada ( Toronto ), China ( Beijing, Hongkong, Taiwan)

Penyakit Batuk

Batuk

Definisi
Batuk adalah salah satu keluhan yang sering diungkapkan pasien kepada dokter. Batuk sebenarnya adalah suatu cara yang penting bagi tubuh kita untuk membersihkan tenggorokan dan saluran pernafasan kita. Tetapi batuk yang berlebihan dapat berarti bahwa kita mempunyai suatu gangguan atau penyakit.

Batuk ada yang kering, ada pula yang produktif. Batuk produktif adalah batuk yang berdahak. Dahak disebut juga sputum atau reak.

Batuk dapat akut atau kronik.
Ø Batuk akut biasanya timbul mendadak. Seringkali disebabkan oleh masuk angin, influenza, atau infeksi sinus (sinusitis). Batuk akut biasanya hilang setelah 2 sampai 3 minggu.
Ø Batuk kronik biasanya berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu.

Penyebab Umum
Disamping infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti influenza, penyebab batuk yang paling sering adalah:
Ø Alergi dan asthma
Ø Infeksi paru-paru seperti pneumonia atau bronkitis akut.
Ø Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronkitis kronik, ephysema
Ø Sinusitis yang menyebabkan postnasal drip.
Ø Penyakit paru seperti bronkiektasis, tumor paru.
Ø Gastroesophageal reflux disease (GERD) ini artinya cairan lambung balik ke tenggorokan, orangnya suka bertahak asam atau pahit.
Ø Merokok
Ø Terpapar asap rokok (perokok pasif)
Ø Terpapar polutan udara
Ø Obat darah tinggi golongan ACE Inhibi


Perawatan Rumah
Beberapa tips untuk mengurangi batuk:
Ø Permen obat batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk yang kering dan menggelitik. Tidak boleh diberikan pada anak-anak berusia dibawah 3 tahun karena dapat tersedak menyumbat jalan nafas.
Ø Menghirup uap hangat dapat menolong batuk kering dengan cara meningkatkan kelembaban di udara.
Ø Minum lebih banyak cairan dapat mengencerkan dahak di tenggorokan sehingga mudah dibatukkan keluar.


Beberapa obat batuk yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain yang mengandung:
Ø Guaifenesin (Cohistan Expectorant, Probat, Bisolvon Extra, Actifed Expectorant, dll). Yang harus diingat adalah jika minum obat-obatan yang mengandung Guaifenesin adalah harus minum banyak air.
Ø Dekongestan seperti pseudoephedrine (Actifed, Actifed Expectorant, Disudrin, Clarinase, Rhinos SR, Triaminic, dll). Obat-obatan yang mengandung pseudoephedrine ini dapat digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler) dan postnasal drip. Tidak boleh digunakan jika ada penyakit darah tinggi atau untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun kecuali atas resep dokter anda.

Meskipun batuk dapat menjadi gejala yang mengganggu, tetapi batuk adalah cara tubuh kita untuk menyembuhkan dirinya. Beberapa pakar akhir-akhir ini menganjurkan tidak menggunakan penahan batuk pada beberapa situasi. Sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter anda sebelum mencoba penahan batuk yang dijual bebas yang mengandung dextromethorphan (Vicks 44, dll).

Jangan mengharapkan atau meminta dokter untuk meresepkan antibiotika untuk infeksi virus seperti influenza atau masuk angin. Antibiotik tidak bekerja terhadap virus. Antibiotik juga tidak mempercepat penyembuhan batuk yang disebabkan alergi.

Hubungi Dokter Anda Jika
Segera ke gawat darurat jika:
Ø Nafas pendek atau sulit bernafas
Ø Pembengkakan di muka dan kerongkongan disertai kesulitan menelan

Segera ke dokter anda jika:
Ø Batuk sangat hebat yang timbul mendadak.
Ø Batuk disertai bunyi nada tinggi pada saat menarik nafas.
Ø Batuk berdarah.
Ø Demam (yang dapat dapat mengindikasikan adanya suatu infeksi bakteri yang memerlukan antibiotika).
Ø Dahak yang kental, berbau busuk, bewarna kuning kehijauan (mengindikasikan adanya suatu infeksi bakteri).
Ø Terpapar dengan seorang penderita TBC.
Ø Penurunan berat badan yang tidak diharapkan atau keringat malam (mengindikasikan terkena TBC).
Ø Batuk lebih dari 10 – 14 hari.
Ø Batuk pada bayi berusia kurang dari 3 bulan.

Apa yang akan dilakukan dokter anda?
Pada keadaan darurat pasien akan diobati pertama-tama untuk menstabilkan kondisinya. Setelah kondisi stabil, maka dokter anda akan menanyakan hal-hal mengenai batuk anda. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan oleh dokter anda:
Ø Apakah batuk berdarah (berapa banyak, berapa sering, sudah berapa lama).
Ø Apakah batuk berdahak? Bagaimana dahaknya, apakah kental dan sulit dibatukkan?
Ø Apakah batuknya parah? Apakah batuknya kering?
Ø Apakah suara batuknya seperti gonggongan?
Ø Bagaimana pola batuk? Apakah timbulnya tiba-tiba? Apakah makin tambah parah akhir-akhir ini? Apakah batuk memburuk di malam hari? Apakah batuk mulai pada saat bangun pagi?
Ø Sudah berapa lama batuk?
Ø Apakah batuk memburuk jika berbaring pada satu sisi?
Ø Apakah batuk periodik disertai muntah?
Ø Gejala-gejala lain apa yang menyertai batuk? Adakah sesak nafas, demam?

Kemudian dokter anda akan melakukan pemeriksaan fisik termasuk memeriksa telinga, hidung, tenggorokan dan dada anda.

Mungkin dokter anda akan meminta pemeriksaan tambahan seperti:
Ø Foto rontgen dada.
Ø Analisa dahak (jika batuk berdahak).
Ø Test fungsi paru
Ø Scan paru
Ø Bronkoskopi.

Pencegahan
Ø Jangan merokok dan jangan berada dekat-dekat perokok.
Ø Jika anda memiliki alergi musiman usahakan tetap di dalam ruangan selama alergen udara sedang banyak-banyaknya. Jika memungkinkan, tutuplah jendela dan gunakan AC. Hindari kipas angin yang menarik udara dari luar ruangan. Mandilah dan gantilah baju sesudah berada di luar ruangan.
Ø Jika anda memiliki alergi sepanjang tahun, jangan gunakan bantal dan kasur kapuk, gunakan pembersih udara (air purifier) dan jangan piara hewan peliharaan, dan hindari pencetus lainnya.

Penyakit Asam Urat

Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat. Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendi disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah oleh iklan jamu/obat tradisional.

Penyakit rematik banyak jenisnya. Tidak semua keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam urat. Untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.

Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).

Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen.

Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat. Akibatnya banyak orang suka menyamaratakan semua makanan. Orang menyantap apa saja yang dia inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan di dalamnya. Makanan sumber dari produk hewani biasanya mengandung purin sangat tinggi.Produk makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-orang tertentu, yang punya bakat mengalami gangguan asam urat. Jika mengonsumsi makanan ini tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuhnya dapat melewati ambang batas normal.

Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam urat adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau sejenisnya (sarden), dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial. Yang tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang terdapat dalam perut hewan --seperti hati, jantung, babat, dan limfa.

KONSUMSI jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk mengolah purin. Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, yang berbentuk butiran dan mengumpul di sekitar sendi sehingga menimbulkan rasa sangat sakit. Jeroan memang merupakan salah satu hidangan menggiurkan, di antaranya soto babat, sambal hati, sate jantung, dan kerupuk limfa. Tetapi salah satu dampaknya, jika tubuh kelebihan senyawa purin maka si empunya diri mengalami sakit pada persendian.

Penyebab
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit gout primer dan penyakit gout sekunder.

Pada penyakit gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.

Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

Setiap orang dapat terkena penyakit asam urat. Karena itu, kita perlu mewaspadai gejala-gejalanya.

Penyakit radang sendi akibat peningkatan kadar asam urat darah disebut dengan artritis gout atau artritis pirai. Artritis gout yang akut disebabkan oleh reaksi radang jaringan terhadap pembentukan kristal urat. Pada sebagian besar kasus gout riwayat penyakit dan gambaran klinis bersifat khusus, sehingga kadang-kadang diagnosis dapat langsung ditegakkan.
Seseorang dikatakan menderita asam urat (gout) jika kondisinya memenuhi beberapa syarat dan biasanya perjalanan penyakitnya klasik sekali, seperti mempunyai gejala yang khas penyakit gout, mempunyai perjalanan penyakit yang khas penyakit gout, ditemukan asam urat dalam kadar tinggi dalam darahnya, dan hasil pemeriksaan mikroskopik dari cairan sendi atau tofus (benjolan asam urat) ditemukan kristal asam urat yang berbentuk jarum.

Lebih banyak pria

Umumnya yang terserang asam urat adalah para pria, sedangkan pada perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah menopause.

Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan itu dimulai sejak masa menopause.

Mengapa asam urat cenderung dialami pria? Ini karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. Sementara pada pria, asam uratnya cenderung lebih tinggi daripada perempuan karena tidak memiliki hormon estrogen tersbut.

Jadi selama seorang perempuan mempunyai hormon estrogen, maka pembuangan asam uratnya ikut terkontrol. Ketika sudah tidak mempunyai estrogen, seperti saat menopause, barulah perempuan terkena asam urat.

Kalau peningkatan asam urat ini melewati ambang batas yang bisa ditolerir, persoalan akan timbul pertama pada ginjal, sendi, dan saluran kemih

Kadar Normal

Pemeriksaan asam urat di laboratorium dilakukan dengan dua cara, Enzimatik dan Teknik Biasa. Kadar asam urat normal menurut tes Enzimatik maksimum 7 mg/dl. Sedangkan pada Teknik Biasa, nilai normalnya maksimum 8 mg/dl. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui standar normal itu, penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia.

Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia.

Perjalanan penyakit yang klasik biasanya dimulai dengan suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat pernah cek asam uratnya tinggi di atas 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi.

Jika demikian, kemungkinannya untuk menjadi penyakit gout itu makin besar. Biasanya 25% orang yang asam uratnya tinggi akan menjadi penyakit gout. Bila kadar asam urat tinggi tapi tidak ada gejala serangan sendi ini disebut stadium awal. Pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang bertahun-tahun sama sekali tidak muncul gejalanya, tetapi ada yang muncul gejalanya di usia 20 tahun, 30 tahun, atau 40 tahun.

Gambaran Klinis

Artritis gout muncul sebagai serangan keradangan sendi yang timbul berulang-ulang.

Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut biasanya bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam. Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari kaki. Hampir pada semua kasus, lokasi artritis terutama pada sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.

Serangan yang terjadi mendadak maksudnya tiba-tiba. Karena itu bisa saja terjadi, siang hari sampai menjelang tidur tidak ada keluhan, tetapi pada tengah malam penderita mendadak terbangun karena rasa sakit yang amat sangat. Kalau serangan ini datang, penderita akan merasakan sangat kesakitan walau tubuhnya hanya terkena selimut atau bahkan hembusan angin.

Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.

Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya dan sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.

Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.

Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.

Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

Faktor Risiko

Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah pola makan, kegemukan, dan suku bangsa.

Di dunia, suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada orang Maori di Australia. Prevalensi orang Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali, sedangkan di Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol.

Alkohol menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine itu ikut berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam darah. Konsumsi ikan laut yang tinggi juga mengakibatkan asam urat.

Asupan yang masuk ke tubuh juga memengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea food: udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri.

KALAU menurut hasil pemeriksaan laboratorium kadar asam urat terlalu tinggi, kita perlu memperhatikan masalah makanan. Makanan dan minuman yang selalu dikonsumsi apakah merupakan pemicu asam urat. Pada orang gemuk, asam urat biasanya naik sedangkan pengeluarannya sedikit. Maka untuk keamanan, orang biasanya dianjurkan menurunkan berat badan.
Yang paling penting untuk diketahui adalah kalau asam urat tinggi dalam darah, tanpa kita sadari akan merusak organ-organ tubuh, terutama ginjal, karena saringannya akan tersumbat. Tersumbatnya saringan ginjal akan berdampak munculnya batu ginjal, atau akhirnya bisa mengakibatkan gagal ginjal.

Asam urat pun merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner. Diduga kristal asam urat akan merusak endotel (lapisan bagian dalam pembuluh darah) koroner. Karena itu, siapapun yang kadar asam uratnya tinggi harus berupaya untuk menurunkannya agar kerusakan tidak merembet ke organ-organ tubuh yang lain.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan artritis gout:

* Meredakan radang sendi (dengan obat-obatan dan istirahat sendi yang terkena).
* Pengaturan asam urat tubuh (dengan pengaturan diet dan obat-obatan).


Tujuan utama pengobatan artritis gout adalah:

* Mengobati serangan akut secara baik dan benar
* Mencegah serangan ulangan artritis gout akut
* Mencegah kelainan sendi yang berat akibat penimbunan kristal urat
* Mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat peningkatan asam urat pada jantung, ginjal dan pembuluh darah.
* Mencegah pembentukan batu pada saluran kemih.


Makin cepat seseorang mendapat pengobatan sejak serangan akut, makin cepat pula penyembuhannya.
Pengobatan dapat diberikan obat anti inflamasi nonsteroid (antirematik) dan obat penurun kadar asam urat (obat yang mempercepat/meningkatkan pengeluaran asam urat lewat kemih (probenecid) atau obat yang menurunkan produksi asam urat (allopurinol)).

Pengaturan diet
Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin. Padahal walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat berguna bagi tubuh, terutama bagi anak-anak pada usia pertumbuhan. Kolesterol penting bagi prekusor vitamin D, bahan pembentuk otak, jaringan saraf, hormon steroid, garam-garaman empendu dan membran sel.Orang yang kesehatannya baik hendaknya tidak makan berlebihan. Sedangkan bagi yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi purin dan memilih yang rendah purin.

Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:

* Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.

* Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.

* Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.


Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk mengonsmsi bahan makanan golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk banyak minum air putih. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala peninggian asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk penanganan lebih lanjut.

Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat tanggap dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali menderita, biasanya gangguan asam urat akan terus berlanjut.

Penyakit Hiperkolesterolemia

Bagi orang-orang yang tidak menderita hiperkolesterolemia, topik ini mungkin tidak akan menarik. Tetapi, kita tidak akan pernah benar-benar mengetahui apakah kita menderita gangguan kolesterol atau tidak, jika kita tidak pernah memeriksakan diri di laboratorium klinik. Mengapa demikian? Karena tidak seperti halnya penyakit-penyakit akut, gangguan kolesterol atau yang biasa disebut sebagai dislipidemia atau hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang tidak menunjukkan suatu gejala. Artinya, kita tidak merasa sakit sekalipun kadar kolesterol darah kita jauh diatas normal

Mungkin kita bertanya-tanya, jika hiperkolesterolemia tidak menyebabkan tubuh kita terasa sakit, mengapa kita menyebutnya sebagai penyakit? Sebuah pertanyaan yang masuk akal bukan?


Untuk menjawab pertanyaan itu, kita bisa menganalogikannya dengan sebuah mesin mobil. Mobil yang kita gunakan membutuhkan oli yang sesuai dengan mesin yang digunakan. Setiap 5000 kilometer, kita dianjurkan untuk mengganti oli mesin. Dengan demikian, oli yang melumasi mesin tersebut selalu merupakan oli yang mempunyai kemampuan optimal untuk menjalankan fungsinya. Seandainya bila oli mobil kita tidak diganti setelah melebihi 5000 kilometer, apakah mobil kita akan menjadi mogok? Tentu saja tidak. Artinya, mobil kita tidak tiba-tiba saja mogok pada kilometer yang ke 5001. Mobil itu akan bisa terus menerus berjalan. Kemudian, kita berpikir, jika oli yang tidak diganti itu tidak menyebabkan mobil kita mogok, maka mengapa kita harus selalu menggantinya?

Sekarang marilah kita bayangkan, apa yang terjadi jika oli itu masih dipakai pada kilometer ke 10 ribu. Mobil masih bisa berjalan. Kilometer ke 15 ribu? Mobil masih bisa berjalan. Kilometer ke 20 ribu? Kita bertanya-tanya, apakah mobil itu masih bisa jalan atau tidak. Sekarang bawalah mobil itu ke bengkel, dan mintalah bengkel untuk memeriksa komponen-komponen mesinnya.

Kita akan mendapati laporan dari teknisi bengkel bahwa mesin mobil kita dipenuhi dengan kerak sisa oli yang mengering. Saluran-saluran dan selang-selangnya nyaris tersumbat oleh kerak itu. Dan mobil kita harus turun mesin.

Itulah yang terjadi dengan tubuh kita, ketika kadar kolesterol begitu tingginya didalam darah. Kita tidak langsung merasakan dampak negatifnya, tetapi sesungguhnya didalam tubuh kita sedang terjadi pengendapan ‘kerak-kerak’ itu, seperti kerak yang terjadi pada mesin mobil tadi.

Pengendapan lemak bisa saja terjadi pada jantung kita. Saya pernah menyaksikan sebuah video yang menayangkan tentang pelaksanaan operasi jantung. Ketika melihat jantung yang tersembunyi dibalik dada yang ditoreh pisau operasi itu, saya tiba-tiba terhenyak. Jantung itu tidak terlihat ototnya. Mengapa? Karena seluruh bagiannya telah diselaputi oleh lemak yang sangat tebal!

Pengendapan dapat juga terjadi pada pembuluh darah. Seperti halnya selang saluran bensin. Jika pada selang itu terdapat endapan kotoran, maka salurang selang itu menjadi lebih sempit. Dan itu menyebabkan aliran bahan bakar tidak lancar. Sehingga mesin mobil kita menjadi batuk-batuk. Dan akhirnya mogok. Jika endapan itu terjadi pada pembuluh darah kita, maka kejadiannya akan jauh lebih parah dari mobil itu. Mengapa? Karena taruhannya adalah nyawa kita. Bayangkan saja jika sel-sel tubuh kita tidak mendapatkan asupan darah yang cukup. Padahal darah diperlukan untuk membawa makanan dan oksigen. Jika itu terjadi, maka sel-sel tubuh kita akan mati. Bagaimana jika itu terjadi pada otak kita?

Saya pernah diperlihatkan sebuah video yang menggambarkan tentang pembuluh darah yang tersumbat. Sebuah keadaan yang oleh para ahli kesehatan disebut sebagai plak aterosklerosis. Menarik sekali, karena ternyata plak itu terbentuk secara perlahan-lahan. Bahkan kita sendiri tidak menyadari kalau itu terjadi. Sedikit demi sedikit plak terbentuk dari molekul-molekul kolesterol yang menempel di dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, semakin banyak lagi molekul yang menempel. Sehingga akhirnya pembuluh darah itu menyumbat. Ketika pembuluh darah di otak itu akhirnya pecah, maka terjadilah stroke.

Apa yang terjadi pada orang stroke? Nyawanya dipertaruhkan di ranjang perawatan rumah sakit. Selang pernafasan dan jarum infus berseliweran disekujur tubuhnya. Dokter dan perawat sibuk menyelamatkan jiwanya. Keluarganya menunggu dengan harap-harap cemas. Begitu banyak orang yang terserang stroke tetapi tidak berhasil diselamatkan. Dan lebih banyak lagi orang terkena stroke yang bisa diselamatkan, namun harus menanggung beban berat berupa kehilangan fungsi-fungsi tubuhnya yang sangat vital.

Begitulah kemungkinan yang ada jika kita mengabaikan kadar kolesterol didalam tubuh. Jika kita belum mengetahui kadar kolesterol tubuh, maka ada baiknya untuk berkonsultasi kepada dokter, dan memeriksakan diri di klinik. Dan jika kita sudah didiagosis mengalami hiperkolesterolemia, maka tidak ada tindakan yang lebih bijaksana daripada menjalani pengobatan yang teratur. Datanglah kepada dokter, dan patuhilah nasihatnya. Jika dokter meresepkan obat penurun kadar kolesterol, maka patuhilah untuk meminumnya. Sebab, hanya dengan kepatuhan yang tinggi kepada proses pengobatan, kita akan dapat mengontrol kadar kolesterol darah. Dan dengan cara itulah pula, kita dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit lain seperti serangan jantung, dan stroke.

Penyakit Glaukoma

Apa itu glaukoma?

Glaukoma adalah nama penyakit yang diberikan untuk sekumpulan penyakit mata di mana terjadi kerusakan syaraf mata (nervus opticus) yang terletak di belakang mata dan mengakibatkan penurunan penglihatan tepi (perifer) dan berakhir dengan kebutaan.

Pada kebanyakan orang, kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf.

Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan dunia. 2 tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open Angle Glaucoma (POAG)/glaukoma sudut terbuka dan Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma sudut tertutup. Tipe lain termasuk diantaranya Normal Tension Glaucoma, congenital glaucoma, pigmentary glaucoma dan secondary glaucoma.

Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula. Pada umumnya, orang suku Afrika dan Asia lebih tinggi risikonya untuk menderita glaukoma dan kehilangan penglihatannya daripada orang kulit putih dan glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan di Asia.

Apa yang terjadi pada Glaukoma?

Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu penyebab terjadinya kerusakan syaraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksi cairan terlalu berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang ada untuk keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/ memblok pengaliran daripada cairan mata.

Sebagian orang yang menderita glaukoma namun masih memiliki tekanan di dalam bola matanya normal, penyebab dari tipe glaukoma semacam ini diperkirakan adanya hubungan dengan kekurangan sirkulasi darah di daerah syaraf/nervus opticus mata. Meski glaukoma lebih sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia, glaukoma dapat terjadi pada usia berapa saja. Risiko untuk menderita glaukoma diantaranya adalah riwayat penyakit glaukoma di dalam keluarga (faktor keturunan), suku bangsa, diabetes, migraine, tidak bisa melihat jauh (penderita myopia), luka mata, tekanan darah, penggunaan obat-obat golongan cortisone (steroids).

Macam/tipe Glaukoma

Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka)

Tipe ini merupakan yang paling umum/sering pada glaukoma dan terutama terjadi pada orang lanjut usia (di atas 50 tahun). Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang terjadi secara perlahan-lahan. Rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14 sampai 16 milimeter air raksa (mmHg). Tekanan sampai 20 mmHg masih dalam batas normal. Tekanan di atas atau sama dengan 22 mmHg diperkirakan patut dicurigai menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan sel-sel daripada syaraf/nervus opticus di mata. Begitu terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang pandangan. Bintik buta ini biasanya dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah yang lebih tengah/pusat akan juga terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak dapat kembali normal lagi (ireversibel).

Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut terbuka, karenanya sering tidak terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak menyadari bahwa penglihatannya berangsur-angsur makin memburuk sampai tahap/stadium lanjut dari penyakitnya. Terapi sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit glaukoma ini dan untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut dari penglihatan.

Normal tension glaucoma (Glaukoma bertekanan normal)

Glaukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progresif terhadap syaraf/nervus opticus dan terjadi kehilangan lapang pandangan meski tekanan di dalam bola matanya tetap normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil, dengan kurangnya sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana mengakibatkan kematian dari sel-sel yang bertugas membawa impuls/rangsang tersebut dari retina menuju ke otak. Sebagai tambahan, kerusakan yang terjadi karena hubungannya dengan tekanan dalam bola mata juga bisa terjadi pada yang masih dalam batas normal tinggi (high normal), jadi tekanan yang lebih rendah dari normal juga seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya penglihatan yang lebih lanjut. Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau pada wanita.

Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup)

Glaukoma sudut tertutup paling sering terjadi pada orang keturunan Asia dan orang-orang yang penglihatan jauhnya buruk, juga ada kecenderungan untuk penyakit ini diturunkan di dalam keluarga, jadi bisa saja di dalam satu keluarga anggotanya menderita penyakit ini. Pada orang dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup ini, sudutnya lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula iris terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran. Keadaan ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang akut, terjadi peningkatan yang tiba-tiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat terjadi dalam beberapa jam serta disertai nyeri yang sangat pada mata. Mata menjadi merah, kornea membengkak dan kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan segera karena kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan kerusakan penglihatan yang menetap.

Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami gejala serangan akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang kronis. Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang nyata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa dicegah dengan memberikan pengobatan.

Berdasarkan hasil survey epidemiologi, glaukoma sudut tertutup lebih sering terjadi di Asia Timur, khususnya keturunan Cina.

Pigmentary glaucoma

Pigmentary glaucoma adalah suatu bentuk yang diturunkan dari bentuk glaukoma sudut terbuka yang mana kejadiannya lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Orang yang dengan miop (berkaca mata minus) biasanya yang lebih sering terkena. Bentuk anatomi dari mata merupakan faktor kunci untuk berkembangnya bentuk ini.

Congenital glaucoma

Bentuk ini adalah bentuk yang jarang terjadi, yang disebabkan oleh system pengaliran cairan mata yang abnormal. Ini bisa terjadi pada waktu lahir atau berkembang di kemudian hari. Para orang tua bisa mengetahui jika anaknya menderita kelainan ini dengan cara memperhatikan apakah anaknya sensitif terhadap cahaya, mata yang besar dan berawan/kusam atau mata berair berlebihan. Biasanya diperlukan tindakan bedah untuk menanganinya.

Secondary glaucoma

Bentuk ini adalah sebagai hasil dari kelainan mata lainnya seperti trauma, katarak, atau radang mata. Penggunaan obat-obat golongan steroid (kortison) juga mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan tekanan di dalam bola mata.

Bagaimana mendeteksi glaukoma?

Pemeriksaan mata secara rutin dan berkala adalah salah satu cara yang tepat untuk mendeteksi seawal mungkin glaukoma. Test-test untuk glaukoma meliputi:

* Pemeriksaan syaraf optik dengan alat optalmoskop
* Pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer
* Jika perlu pemeriksaan lapang pandangan

Bisakah glaukoma diobati?

Meski tidak ada cara untuk menyembuhkan glaukoma, namun kehilangan/kerusakan pandangan dapat dikontrol atau dicegah.

Penanganan termasuk:

* Tetes mata: cara ini merupakan yang paling umum dan sering dan harus dilakukan secara teratur. Sebagian pasien dapat mendapatkan respon yang bagus dari suatu obat sementara yang lainnya bisa tidak mendapatkan respon, namun pemilihan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tipe glaukomanya.
* Laser (laser trabeculoplasty): ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
* Pembedahan (trabeculectomy) : ini dilakukan jika tetes mata dan penanganan dengan laser gagal untuk dapat mengontrol tekanan bola mata. Sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki pandangan.(pfizerpeduli-Dr. Dedy Kartawidjaja)

Referensi:
South East Asia Glaucoma Interest Group, http://www.seagig.org


Penyakit Kanker Payudara

Kanker Payudara

Kanker payudara adalah momok yang menakutkan bagi setiap wanita. Padahal dari tahun ke tahun jumlah penderitanya terus bertambah. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke-2 dari jenis kanker yang menyerang wanita. Kanker payudara dapat juga mengenai kaum pria, meskipun sangat jarang. Hanya sekitar 1% saja. Sebenarnya apakah kanker itu? Setiap benjolan yang terjadi di tubuh kita, karena berbagai sebab (pertumbuhan sel berlebih, benturan/trauma dll) disebut tumor. Tumor sendiri ada yang bersifat jinak, adapula yang ganas. Tumor yang ganas inilah yang disebut kanker. Kanker memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari sel-sel ganas, yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran ini disebut metastase dan dapat terjadi melalui pembuluh darah, maupun pembuluh getah bening.

Penyebab dan Faktor Resiko

Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, namun terdapat beberapa keadaan yang dianggap dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Meskipun demikian, tidak berarti mereka yang tidak memiliki faktor resiko, tidak dapat terkena kanker payudara.

Faktor-faktor resiko kanker payudara antara lain:

* Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker payudara (ibu, nenek, saudara perempuan)
* Mens pertama pada usia muda, menopause yang terlambat
* Wanita yang tidak punya anak, atau melahirkan anak pertama pada usia > 30 tahun.
* Pernah terdapat tumor/kanker payudara sebelumnya
* Mendapatkan terapi pengganti hormon jangka panjang
* Faktor-faktor lain: obesitas/konsumsi tinggi lemak, konsumsi alkohol berlebih, mutasi genetik

Beberapa mitos tentang kanker payudara:

1. Kanker payudara hanya mengenai wanita usia tua

Mitos ini tidak benar, kanker payudara dapat terjadi pada usia berapapun. Memang resiko lebih tinggi pada yang usianya lebih tua. Namun paradigma ini mulai bergeser.

2. Jika seseorang memiliki faktor risiko, maka ia pasti terkena kanker payudara.

Mitos ini tidak benar, meskipun seseorang punya faktor resiko yang paling besar sekalipun, masih ada kemungkinan ia tidak terkena kanker payudara. Begitu pula pada orang-orang yang tidak punya faktor resiko, bisa saja terkena kanker payudara.

3. Penggunaan deodoran/antiperspiran dapat menimbulkan kanker payudara

Mitos ini tidak benar. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa penggunaan antiperspiran dapat menimbulkan kanker payudara

Pemeriksaan Payudara

Untuk deteksi adanya kanker payudara dilakukan:

1. SADARI (perikSA payuDAra sendiRI)

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi (7-10 hari setelah menstruasi hari pertama), payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.

Caranya :

a. Lihat adanya kelainan pada payudara seperti:

* Adanya benjolan
* Kulit bersisik sekitar puting
* Puting susu keluar darah/cairan lain
* Cekungan pada kulit payudara/seperti kulit jeruk
* Perubahan bentuk/ukuran

b. Jika tidak terlihat kelainan, lakukan pemeriksaan lagi dengan cara:

Pemeriksaan Medik, Pemeriksaan Payudara secara berkala oleh tenaga medis (dokter)

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan payudara dengan alat-alat penunjang seperti mamografi, USG, biopsi

Mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan suatu alat dan merupakan suatu cara pemeriksaan yang sederhana, tidak sakit dan hanya memakan waktu 5 - 10 menit saja. Saat terbaik untuk menjalani pemeriksaan mamografi adalah seminggu setelah selesai menstruasi. Caranya adalah meletakkan payudara secara bergantian antara 2 lembar alas, kemudian dibuat foto rontgen dari atas ke bawah, kemudian dari kiri ke kanan. Hasil foto ini akan diperiksa oleh dokter ahli radiologi. Sebuah benjolan sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada mamogram.

Wanita usia 40-49 tahun sebaiknya diperiksa setiap 2 tahun sekali, sedangkan usia >50 tahun , sebaiknya diperiksa secara berkala tiap tahun.

USG : pemeriksaan USG pada payudara, bukan untuk tujuan skrining, melainkan untuk lebih meyakinkan. Alat USGnya pun harus khusus.

Biopsi adalah operasi kecil untuk mengambil contoh jaringan dari benjolan, kemudian diperiksa di bawah mikroskop laboratorium patologi anatomi

Prognosis

Yang disebut dengan prognosis adalah gambaran berat ri­ngannya suatu penyakit. Terdapat beberapa faktor yang menen­tukan baik buruknya prognosis pada kanker payudara. Antara lain:

* Stadium kanker
* Status nodus
* Gambaran histology
* Status menopausal, dan reseptor hormonal

Stadium Kanker

Stadium kanker payudara biasanya ditentukan dengan sistem TNM, T= ukuran tumor, N= kelenjar getah bening yang terlibat, M= metastasis

Stadium 0 (“in situ”)

Terdapat sel- sel kanker , namun belum terjadi invasi pada jaringan sekitarnya

Stadium I

Ukuran tumor <>5cm, tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening atau ukuran tumor 2-5cm, namun terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening ketiak sesisi dan masih dapat digerakkan

Stadium III, terdiri dari:

Stadium IIIA

Ukuran tumor >5cm, dengan penyebaran pada kelenjar getah bening sesisi namun tidak dapat digerakkan

Stadium IIIB

Ukuran tumor berapapun, namun meluas pada dinding dada dan kulit atau disertai penyebaran pada kelenjar getah bening mamaria interna. Termasuk Kanker Payudara inflamasi.

Stadium IV

Ukuran tumor berapapun, dengan penyebaran pada kelenjar getah bening baik pada ketiak, mamaria interna, bahkan supraklavikular dan disertai penyebaran jauh (metastasis) seperti pada hati, paru, otak, tulang dll.

Semakin tinggi stadiumnya tentu saja prognosisnya semakin buruk.

Status Nodus

Adalah adanya keterlibatan/penyebaran pada kelenjar getah bening. Semakin banyak kelenjar getah bening yang terkena, prognosisnya semakin buruk. Prognosis juga makin buruk jika kelenjar getah bening yang terkena itu pada sisi tubuh yang berseberangan dengan letak tumor, juga bila melekat, dan tidak dapat digerakkan.

Gambaran Histologi

Gambaran histologi yang makin buruk, maka prognosisnya juga semakin buruk

Status Menopausal dan Reseptor Hormonal

Status menopausal dan reseptor hormonal berperan dalam penentuan terapi. Sebagian besar pasien yang telah menopause (postmenopause) memiliki reseptor hormonal positif, sehingga berespon terhadap terapi hormonal. Secara umum kelompok dengan hormonal reseptor positif memiliki prognosis yang lebih baik.

Terapi Kanker Payudara

Penentuan terapi kanker payudara tergantung dari banyak faktor, stadium tumor, status nodus, usia, status menopausal, status reseptor dan gambaran histologi tumor. Berbagai pemeriksaan dibutuhkan untuk menentukan terapi yang paling sesuai. Terapi yang diberikan berupa terapi primer, juga terdapat terapi neoadjuvant (terapi yang diberikan sebelum terapi primer, biasanya bertujuan untuk mengecilkan massa tumor) dan terapi adjuvant (terapi yang diberikan setelah terapi primer)

Terapi bisa berupa pembedahan (mastektomi, operasi konservasi payudara, lumpektomi), radiasi, kemoterapi maupun terapi hormonal.


Bahan :

1. Cancer Guidance Sub-group of the Clinical Outcomes Group. Improving outcomes in breast cancer. Three documents: The manual; The Research Evidence; and guidance for general practitioners and primary care teams. London: NHS Executive, Department of Health, 1996.

2. The Breast Specialty Group of the British Association of Surgical Oncology. Guidelines for surgeons in the management of symptomatic breast disease in the United Kingdom (1998 revision). European Journal of Surgical Oncology, 1998; 24: 464-76.

3. Royal College of Radiologists Clinical Oncology Information Network. Guidelines on the non-surgical management of breast cancer. Clinical Oncology, 1999;11: S90-S133. Breast cancer. Cancer Information section of US National Cancer Institute web site: www.nci.nih.gov

4. The Oxford Textbook of Oncology. Eds:Robert Souhami, Ian Tannock, Peter Hohenberger, & Jean-Claude Horiot. Publisher: Oxford University Press, 2001. ISBN: 0-19-262926-3

5. The American Cancer Society website contains a description of the different types of early breast cancer detection methods, including breast self examination at http://www.cancer.org/

6. Susan G. Komen Breast Health provides information on breast self-exam. Breast self-exam shower cards can also be ordered at http://www.breastcancerinfo.com/

7. BD, Inc. (Becton Dickinson) distributes the FDA approved Sensability breast pad: a soft reusable pad designed for women to use while practicing monthly breast self-examination (BSE). Composed of two plastic sheets with liquid lubricant sealed inside, the pad helps reduce friction between a woman’s fingers and her breast, enhancing her sense of touch during the exam. The Sensability pad may be purchased online or from stores such as K-Mart, Walgreens, and Wal-Mart. The cost of the pad is approximately $29.99 at these stores, and most packages include a $5 manufacturer’s rebate. Visit (http://www.bd.com/sensability/) or call 1.888.BDCARES for more information

8. The video “Staying in Touch: How to Do Your Monthly Breast Self-Examination,” includes information from the American Cancer Society and demonstrates the proper technique for breast-self examination. Dr. John Fetting, MD, Co-Director of the Johns Hopkins Breast Center, Joyce O’Shaughnessy, MD of the National Cancer Institute and Nancy Brinker, Founding Chair of the Susan G. Komen Breast Cancer Foundation and breast cancer survivor, describe steps women can take to detect breast cancer at its earliest, most treatable stages.

9. The “Staying in Touch” video clip is 15 minutes long (14:57) and is available for online viewing at www.msnbc.com/news/201289.asp. The clips may be downloaded over the Internet and viewed on your computer using a free multi-media plug-in such as Windows Media Player, at your choice of Internet connection speed (28.8, 56.6, T1). Parental Warning: this video graphically shows women performing breast self-exams.

10. The video “For Yourself: a Guide to Breast Self-Examination” was created by the Memorial Sloan-Kettering Cancer Center and the Guttman Diagnostic Center. The video is narrated by Rita Moreno, Jessye Norman and Meryl Streep. The video is eight minutes long (8:04). A copy of the video may be ordered from Memorial Sloan Kettering at http://www.mskcc.org/.

11. The American Medical Association page on women’s health and breast cancer includes information about breast self-exam and other methods of early detection such as mammography: http://www.ama-assn.org/
12. Women’s Health Products distributes the FDA approved Aware breast pad which can enhance a woman’s sense of touch while performing breast self-exams. The Aware pad consists of two ten-inch plastic sheets with a silicone lubricant sealed inside. The Aware pad is reusable and guaranteed for the life of the product. The pad also contains a hole near the top so that it may be hung in the bathroom and an opaque bag if women prefer to tuck it in a lingerie drawer. The Aware pad may be purchased for $19.99 at http://awarebse.com/ or by calling 1.877.9.AWARE.1

Penyakit Rabies

Penyakit anjing gila (rabies) adalah suatu penyakit menular yang akut, menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit ini sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri dengan kematian.

CARA PENULARAN
Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat di air liur hewan penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan lain melalui gigitan. Gejala-gejala rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu (10 hari - 8 minggu). Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun. Masa tunas ini dapat lebih cepat atau lebih lama tergantung pada

* Dalam dan parahnya luka bekas gigitan
* Lokasi luka gigitan
* Banyaknya syaraf disekitar luka gigitan.
* Pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui gigitan.
* Jumla luka gigitan.

Di Indonesia hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies adalah :

* Anjing
* Kucing
* Kera


TANDA-TANDA PENYAKIT RABIES PADA HEWAN
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :

1. Bentuk ganas (Furious rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
- Hewan menjadi penakut atau menjadi galak.
- Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif .
- Tidak menurut perintah majikannya.
- Nafsu makan hilang.
- Air liur meleleh tak terkendali.
- Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
- Menyerang dan menggigit barang bergerak apa saja yang dijumpai.
- Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan.
- Ekor diantara 2 (dua) paha.
2. Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda- tanda yang sering terlihat :
- Bersembunyi di temapat yang gelap dan sejuk
- Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahakan sering tidak terlihat.
- Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka.
- Air liur keluar terus menerus (berlebihan).
- Mati.
3. Bentuk Asystomatis.
Hewan tidak menunjukkan gejala sakit.
Hewan tiba-tiba mati


TANDA-TANDA PENYAKIT ANJING GILA PADA KUCING

Gejala atau tanda-tanda yang terlihat hampir sama pada anjing, seperti :
- Menyembunyikan diri.
- Banyak mengeong.
- Mencakar-cakar lantai.
- Menjadi agresif.
- 2 - 4 hari setelah gejala pertama biasa terjadi kelumpuhan, terutama di bagian belakang.


TANDA-TANDA PENYAKIT ANJING GILA PADA MANUSIA


* Pada manusia yang penting diperhatikan adalah riwayat gigitan dari hewan seperti anjing, kucing dan kera.
* Dilanjutkan dengan gejala-gejala nafsu makan hilang, sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual atau muntah-muntah.
* Adanya rasa panas (nyeri) pada tempat gigitan dan menjadi gugup.
* Takut dengan air, suara keras, cahaya dan angin.
* Air liur dan air mata keluar berlebihan.
* Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan.

Biasanya penderita akan meninggal 4-6 hari setelah gejala klinis atau tanda-tanda penyakit pertama timbul.

LANGKAH YANG PERLU DIKERJAKAN APABILA DIGIGIT ANJING

Apabila seseorang digigit hewan yang tersangka rabies, maka tindakan yang harus diambil adalah :

1. Mencuci luka gigitan dengan sabun ata dengan deterjen selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan.
2. Laporkan kepada petugas Dinas Peternakan setempat tentang kasus penggigitan tersebut.
3. Hewan yang menggigit dikirim ke rumah observasi hewan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta untuk diobservasi dan diperiksa kesehatannya selama 10 - 14 hari. Rumah Observasi Hewan ada di Jl. Harsono RM No. 28 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan. Telepon : 7805447.
4. Bila hewan yang menggigit tidak diketahui atau tidak dapat ditemukan, maka orang yang tergigigit harus dibawa ke rumah sakit khusus infeksi Dr. Saroso Jl. Baru, Sunter Agung, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Telepon : 6401413 atau ke Rumah Sakit Karantina Jl. Kyai Caringin No. 7 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Telepon : 342934.


YANG PERLU KITA KERJAKAN AGAR HEWAN KESAYANGAN KITA (anjing, kucing, kera) TIDAK TERJANGKIT PENYAKIT ANJING GILA


1. Memelihara hewan piaraan dengan baik.
2.
Membawa hewan ke Suku Dinas Peternakan dan Perikanan setempat atau dokter hewan praktek, untuk mendapatkan vaksinasi anti rabies secara teratur 1-2 kali setahun tergantung jenis vaksin yang digunakan.
3. Setelah hewan tersebut divaksin, mintalah surat keterangan vaksinasi.
4.
Melaporkan kepemilikannya kepada Suku Dinas Peternakan dan Perikanan/ Petugas Peternakan Kecamatan.
5. Anjing, kucing, kera peliharaan sebaiknya jangan dilepas keluar pekarangan.
6.
Bilamana akan membawa hewan piaraan keluar pekarangan rumah, harus diikat dengan rantai sepanjang-panjangnya 2 m serta dipasang berangus.


USAHA SUKU DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN JAKARTA PUSAT DALAM MELAKSANAKAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT ANJING GILA


1. Melaksanakan vaksinasi/pengebalan anti penyakit rabies terhadap anjing, kucing, kera secara rutin 1-2 kali setahun tergantung vaksin yang digunakan.
2. Melaksanakan penertiban/penangkapan anjing, kucing, kera yang berkeliaran di jalan-jalan, di tempat-temapat umum dan dianggap membahayakan manusia.
3. Melaksanakan pengamanan terhadap setiap kasus penggigitan oleh anjing, kucing, kera dan hewan yang dicurigai menderita penyakit rabies yang dilaporkan dengan jalan mengobservasi hewan tersebut.
4. Melaksanakan penyuluhan berkesinambungan kepada masyarakat tentang penyakit rabies.



PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG RABIES

Sejak tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dan kera. Yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Selanjutnya Ordonantie tersebut tersebut mengalami perubahan/penambahan-penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Di DKI Jakarta terdapat SK Gubernur No. 3213 tahun 1984 tentang Tatacara Penertiban Hewan Piaraan Anjing, Kucing dan Kera di wilayah DKI Jakarta yang antara lain berisi :

1. Kewajiban pemilik hewan piaraan untuk memvaksin hewannya dan menggantungkan peneng tanda lunas pajak.
2. Menangkap dan menyerahkan hewannya apabila mengigit orang untuk diobservasi.
3. Hewan yang dibiarkan lepas dan dianggap liar atau tersangka menderita rabies akan ditangkap oleh petugas penertiban.

Berhasil tidaknya usaha pengendalian penyakit rabies sangat erat hubungannya dengan kesadaran, pengetahuan dan partisipasi masyarakat di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Sabtu, 27 Desember 2008

Penyakit Kanker Penis

Kanker Penis
DEFINISI
Kanker Penis adalah keganasan pada penis.

PENYEBAB
Diduga penyebabnya adalah smegma (cairan berbau yang menyerupai keju, yang terdapat di bawah kulit depan glans penis). Tetapi penyebabnya yang pasti tidak diketahui.

Pria tidak disunat yang tidak menjaga kebersihan daerah di bawah kulit depan glans penis dan pria yang pernah menderita herpes genitalis memiliki resiko tinggi menderita kanker penis.

GEJALA
Gejalanya berupa:
- luka pada penis
- luka terbuka pada penis
- nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut).

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada penis tampak luka yang menyerupai jerawat atau kutil.

Biopsi dilakukan untuk memperkuat diagnosis.


PENGOBATAN
# Pengobatan kanker penis bervariasi, tergandung kepada lokasi dan beratnya tumor: Kemoterapi
Kemoterapi bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap pengangkatan tumor.
# Pembedahan
Jika tumornya terbatas pada daerah kecil di ujung penis, dilakukan penektomi parsial (pengangkatan sebagian kecil penis).
Untuk stadium lanjut dilakukan penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan lubang uretra yang baru di daerah perineum).
# Terapi penyinaran
Terapi penyinaran dilakukan setelah pengangkatan tumor yang terlokalisir dan tumor yang belum menyebar.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah nafsu makan berkurang, lelah, reaksi kulit (misalnya iritasi dan kemerahan), cedera atau luka bakar pada rektum, sistitis dan hematuria.
Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama 6-8 minggu.

Penyakit Prematuritas

Prematuritas
DEFINISI
Prematuritas adalah suatu keadaan yang belum matang, yang ditemukan pada bayi yang lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu.

Prematuritas (terutama prematuritas yang ekstrim) merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian pada bayi baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum berkembang sepenuhnya sehingga bayi memiliki resiko tinggi menderita penyakit tertentu.

PENYEBAB
Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui.
15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari 1 janin).

Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah:
- Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
- Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
- Golongan sosial-ekonomi rendah
- Keadaan gizi yang kurang
- Penyalahgunaan obat.

Masalah pada ibu biasanya berupa:
- Riwayat persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya
- Kadar alfa-fetoprotein tinggi pada trimester kedua yang penyebabnya tidak diketahui
- Penyakit atau infeksi yang tidak diobati (misalnya infeksi saluran kemih atau infeksi selaput ketuban)
- Kelainan pada rahim atau leher rahim
- Ketuban pecah sebelum waktunya
- Plasenta previa.
- Pre-eklamsi (suatu keadaan yang bisa terjadi pada trimester kedua kehamilan, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein dalam air kemih dan pembengkakan tungkai)
- Diabetes melitus
- Penyakit jantung.

GEJALA
# Gambaran fisik bayi prematur: Ukuran kecil
# Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
# Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya)
# Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
# Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
# Rambut yang jarang
# Telinga tipis dan lembek
# Tangisannya lemah
# Kepala relatif besar
# Jaringan payudara belum berkembang
# Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
# Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
# Pernafasan yang tidak teratur
# Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki - laki )
# Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).


KOMPLIKASI

1. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan.
Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).

2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu.
Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan.
Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler).atau cedera .

3. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.

Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.

4. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
5. Displasia bronkopulmoner.

6. Penyakit jantung.

7. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.

8. Infeksi atau septikemia.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta (ari-ari).
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).

9. Anemia .

10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

12. Keterbelakangan mental dan motorik.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran fisik dan usia kehamilan.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada bayi prematur:
- rontgen dada untuk melihat kematangan paru-paru
- analisa gas darah
- kadar gula darah
- kadar kalsium darah
- kadar bilirubin.

PENGOBATAN
Jika kemungkinan akan terjadi kelahiran prematur, biasanya diberikan obat tokolitik untuk menghentikan kontraksi dan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi.

Makanan diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan ke dalam lambung bayi karena fungsi menghisap dan menelan pada bayi prematur masih belum matang. Pada prematur yang ekstrim, makanan diberikan melakui infus.
Pada usia sekitar 34 minggu, bayi mulai disusui ASI atau susu botol.

Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas dan mengalami kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh, sehingga mereka biasanya ditempatkan di dalam suatu inkubator.

Mungkin bayi memerlukan bantuan respirator dan tambahan oksigen.

PENCEGAHAN
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan pemeriksaan selama kehamilan.
Statistik menunjukkan bahwa perawatan kehamilan yang dini dan baik bisa mengurangi angka kejadian prematuritas, kecil untuk kehamilan dan angka kesakitan akibat persalinan dan pada masa baru lahir.

Penyakit Diare

Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin. Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain baru yaitu Vibrio Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain El Tor di tahun 1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali di India dan Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab diare berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di USA, Jepang, Afrika selatan dan Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain diatas belum pernah terdeksi.

Definisi
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari.

Faktor yang mempengaruhi diare :
Lingkungan Gizi Kependudukan
Pendidikan Sosial Ekonomi dan Prilaku Masyarakat


Penyebab terjadinya diare :
1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)
2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
3. Kurang gizi
4. Alergi terhadap susu
5. Immuno defesiensi

Cara penularan :
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.

Istilah diare :
Diare akut = kurang dari 2 minggu
Diare Persisten = lebih dari 2 minggu
Disentri = diare disertai darah dengan ataupun tanpa lendir
Kholera = diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera
Tatalaksana penderita diare yang tepat dan efektif :
Tatalaksana penderita diare di rumah
Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga (kuah sayur, air tajin, larutan gula garam, bila ada berikan oralit)
Meneruskan pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang serta makanan ekstra sesudah diare.
Membawa penderita diare ke sarana kesehatan bila dalam 3 hari tidak membaik atau :
1. buang air besar makin sering dan banyak sekali
2. muntah terus menerus
3. rasa haus yang nyata
4. tidak dapat minum atau makan
5. demam tinggi
6. ada darah dalam tinja

Kriteria KLB/Diare :
Peningkatan kejadian kesakitan/kematian karena diare secara terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut (jam, hari, minggu). - Peningkatan kejadian/kematian kasus diare 2 kali /lebih dibandingkan jumlah kesakitan/kematian karena diare yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu). - CFR karena diare dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan priode sebelumnya.


Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.

1. Masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh lainnya :
1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik.
2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4. Memperbaiki kerja laboratorium
5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

Tim Gerak Cepat (TGC) :
Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau data penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :

Pengamatan :
Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.
Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota keluarga
Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari dan sebagai sumber penularan.
Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi penyebarannya
Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang ditemukan di lapangan.
Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga
Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara lengkap

2. Pembentukan Pusat Rehidrasi
Untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan.
Tugas pusat rehidrasi :
Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.
Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dsb.
Memberikan data penderita ke Petugas TGC
Mengatur logistik
Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi.
Penyuluhan bagi penderita dan keluarga
Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (lisolisasi).
Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang diinfus, tdk diinfus, rawat jalan, obat yang digunakan dsb.


Penyakit Leptospira

Definisi
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.

II. Sumber Penularan

Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi.

III. Cara Penularan

Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

IV. Gejala Klinis

Stadium Pertama
? Demam menggigil
? Sakit kepala
? Malaise
? Muntah
? Konjungtivitis
? Rasa nyeri otot betis dan punggung
? Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari

Gejala yang Kharakteristik
? Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)
? Rasa nyeri pada otot-otot Stadium Kedua
? Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
? Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
? Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.
? Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.

Komplikasi Leptospirosis
Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

V. Pencegahan

Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan.
Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
Menjaga kebersihan lingkungan
Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang.
Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
Menghindari pencemaran oleh tikus.
Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
Meningkatkan penangkapan tikus.

VI. Pengobatan

Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline)
Streptomycine, Tetracycline, Erithtromycine.
Bila terjadi komplikasi angka lematian dapat mencapai 20%.
Segera berobat ke dokter terdekat.

VII. Kewaspadan oleh Kader / Masyarakat.

Bila kader / masyarakat dengan gejala-gejala diatas segera membawa ke Puskesmas / UPK terdekat untuk mendapat pengobatan

VIII. Sistem Kewaspadaan Dini

Analisa data penderita Leptospirosis yang dilaporkan oleh Rumah Sakit (SARS) ke Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta

IX. Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB dilakukan pada daerah yang penderita Leptospirosis cenderung meningkat (per jam/hari/minggu/bulan) dengan pengambilan darah bagi penderita dengan gejala demam, sekitar 20 rumah dari kasus indeks.


LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan sebagai zoonosis.
Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu: demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan tinggi (kelembaban), khususnya di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama. pembuangan sampah. International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara insiden leptospirosis tinggi (tabel 1) dan peringkat tiga di dunia untuk mortalitas


Siklus Penularan Leptospira

Berdasarkan data Semarang tahun 1998 ? 2000. Banjir besar di Jakarta tahun 2002, dari data sementara 113 pasien leptospirosis,
diantaranya 20 orang meninggal. Kemungkinan infeksi leptospirosis cukup besar pada musim penghujan lebih?lebih dengan adanya Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang terinfeksi kuman leptospira. Pejamu reservoar utama adalah roden/tikus dengan kuman leptospira hidup di dalam ginjal dan dikeluarkan melalui urin saat berkemih. Manusia merupakan hospes insidentil yang tertular secara langsung atau tidak langsung (gambar 1).

Penularan langsung terjadi:
Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman leptospira masuk ke dalam tubuh pejamu
Dari hewan ke manusia merupakan penyakit kecelakaan kerja, terjadi pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan misalnya pekerja potong hewan, atau seseorang yang tertular dari hewan peliharaan.
Dari manusia ke manusia meskipun jarang, dapat terjadi melalui hubungan seksual pada masa konvalesen atau dari ibu penderita leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air susu ibu.
Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus, umumnya terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis dapat juga terjadi pada musim kemarau karena sumber air yang sama dipakai oleh manusia dan hewan.

Faktor risiko

Faktor ? faktor risiko terinfeksi kuman leptospira, bila kontak langsung / terpajan air dan rawa yang terkontaminasi yaitu:
Kegiatan yang memungkinkan kontak dengan lingkungan tercemar kuman keptospira, misalnya saat banjir, pekerjaan sebagai tukang kebun, petani, pekerja rumah potong hewan, pembersih selokan, pekerja tambang, mencuci atau mandi di sungai/ danau, dan kegiatan rekreasi di alam bebas serta petugas laboratorium.
Peternak dan dokter hewan. yang terpajan karena menangani ternak, terutama saat memerah susu, menyentuh hewan mati, menolong hewan melahirkan, atau kontak dengan bahan lain seperti plasenta , cairan amnion dan bila kontak dengan percikan infeksius saat hewan berkemih.
Kuman leptospira masuk ke dalam tubuh pejamu melalui luka iris/ luka abrasi pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osofagus, bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius dan minum air yang terkontaminasi.
Infeksi melalui selaput lendir lambung, jarang terjadi, karena ada asam lambung yang mematikan kuman leptospira.

Tanda Penderita Leptospirosis :

Sklera Ikterik = mata kuning.
Gejala leptospirosis meliputi :
demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remiten
nyeri kepala
menggigil
mialgia
mual, muntah dan anoreksia
nyeri kepala dapat berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri retro-orbital dan fotopobia
nyeri otot terutama di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung dan paha.
Sklera ikterik (gambar 2) dan conjunctival suffusion (gambar 3) atau mata merah dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa maupun hati.
kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklitis.
Manifestasi klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis atau radang selaput otak aseptik yang tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis.

Gejala klinik menyerupai penyakit-penyakit demam akut lain, oleh karena itu pada setiap kasus dengan keluhan demam, harus selalu dipikirkan leptospirosis sebagai salah satu diagnosis bandingnya, terutama di daerah endemik.
Leptospirosis ringan atau anikterik merupakan penyebab utama fever of unknown origin di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Malaysia. Mortalitas pada leptospirosis anikterik hampir nol, meskipun pernah dilaporkan kasus leptospirosis yang meninggal akibat perdarahan masif paru dalam suatu wabah di Cina. Tes pembendungan terkadang positif, sehingga pasien leptospirosis anikterik pada awalnya di diagnosis sebagai pasien dengan infeksi dengue.
Pada leptospirosis ikterik, pasien terus menerus dalam keadaan demam disertai sklera ikterik, pada keadaan berat terjadi gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi perdarahan yang merupakan gambaran klinik khas penyakit Weil.
Pemeriksaan laboratorium klinik rutin tidak spesifik untuk leptospirosis, dan hanya menunjukkan beratnya komplikasi yang telah terjadi.


PEDOMAN TATALAKSANA KASUS DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM LEPTOSPIROSIS DI RUMAH SAKIT

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman leptospira patogen. Zoonosis ini merupakan salah salah satu dari the emerging infectious diseases. dan menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan tinggi seperti Indonesia.
Gejala klinis leptospirosis yang tidak spesifik dan sulitnya tes laboratorium untuk konfirmasi diagnosis mengakibatkan penyakit ini seringkali tidak terdiagnosis.
Pejamu reservoar kuman leptospira adalah roden dan hewan peliharaan, dengan manusia sebagai hospes insidentil. Penularan terjadi secara langsung dari cairan tubuh hewan infeksius atau tidak langsung dari lingkungan terkontaminasi kuman leptospira. Penularan dari manusia ke manusia jarang namun dapat terjadi melalui hubungan seksual, air susu ibu dan sawar plasenta.
Menurut keparahan penyakit, leptospirosis dibagi menjadi ringan dan berat, tetapi untuk pendekatan diagnosis klinik dan penanganannya, dibagi menjadi leptospirosis anikterik dan leptospirosis ikterik.
Mayoritas kasus leptopirosis adalah anikterik yang terdiri dari 2 fase/stadium yaitu fase leptospiremia/ fase septikemia dan fase imun, yang dipisahkan oleh periode asimtomatik.
Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten dan fase imun menjadi tidak jelas atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia. Keberadaan fase imun dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman leptospira yang menginfeksi, status imunologi, status gizi pasien dan kecepatan memperoleh terapi yang tepat.
Manifestasi klinis berupa demam ringan atau tinggi yang bersifat remiten, mialgia terutama pada otot betis, conjungtival suffusion (mata merah), nyeri kepala, menggigil, mual, muntah dan anoreksia, meningitis aseptik non spesifik.
Gejala klinik leptospirosis ikterik lebih berat, yaitu gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi perdarahan (penyakit Weil ). Selain itu dapat terjadi Adult Respiratory Distress Syndromes (ARDS), koma uremia, syok septikemia, gagal kardiorespirasi dan syok hemoragik sebagai penyebab kematian pasien leptospirosis ikterik.
Faktor-faktor prognostik yang berhubungan dengan kematian pada pasien leptospirosis adalah oliguria terutama oliguria renal, hiperkalemia, hipotensi, ronkhi basah paru, sesak nafas, leukositosis >12.900/ mm3, kelainan Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan repolarisasi, dan adanya infiltrat pada foto pecitraan paru.

Kasus leptospirosis jarang dilaporkan pada anak, karena tidak terdiagnosis atau manifestasi klinis yang berbeda dengan orang dewasa.
Pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk memastikan diagnosa leptospirosis, terdiri dari pemeriksaan secara langsung untuk mendeteksi keberadaan kuman leptospira atau antigennya (kultur, mikroskopik, inokulasi hewan, immunostaining, reaksi polimerase berantai), dan pemeriksaan secara tidak langsung melalui pemeriksaan antibodi terhadap kuman leptospira( MAT, ELISA, tes penyaring).
Baku emas pemeriksaan serologi adalah MAT, suatu pemeriksaan aglutinasi secara mikroskopik untuk mendeteksi titer antibodi aglutinasi, dan dapat mengidentifikasi jenis serovar.
Pemeriksaan penyaring yang sering dilakukan di Indonesia adalah Lepto Tek Dri Dot dan LeptoTek Lateral Flow.
Diagnosis leptospirosis dapat dibagi dalam 3 klasifikasi yaitu :
Suspek, bila ada gejala klinis, tanpa dukungan tes laboratorium.
Probable, bila gejala klinis sesuai leptospirosis dan hasil tes serologi penyaring yaitu dipstick, lateral flow, atau dri dot positif.
Definitif , bila hasil pemeriksaan laboratorium secara langsung positip, atau gejala klinis sesuai dengan leptospirosis dan hasil tes MAT / ELISA serial menunjukkan adanya serokonversi atau peningkatan titer 4 kali atau lebih.
Terapi leptospirosis mencakup aspek terapi aspek kausatif, dengan pemberian antibiotik Prokain Penisilin, Amoksisilin, Ampisilin, Doksisiklin pada minggu pertama infekasi, maupun aspek simtomatik dan suportif dengan pemberian antipiretik, nutrisi, dll.
Semua kasus leptospirosis ringan dapat sembuh sempurna, berbeda dengan leptospirosis berat yang mempunyai angka CFR tinggi, antara 5 ? 40%. Prognosis ditentukan oleh berbagai faktor seperti virulensi kuman leptospira, kondisi fisik pasien, umur pasien, adanya ikterik, adanya gagal ginjal akut, gangguan fungsi hati berat serta cepat lambatnya penanganan oleh tim medik.
Pencegahan penularan kuman leptospira dapat dilakukan melalui tiga jalur intervensi yang meliputi intervensi sumber infeksi, intervensi pada jalur penularan dan intervensi pada pejamu manusia.


PENGAMATAN GERAKAN LEPTOSPIRA DALAM URINE
DENGAN CARA SEDERHANA

A. Halim Mubin* Gatot Lawrence**
* Sub Bagian Penyakit Infeksi/Menular,
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNHAS;
** Bagian Patologi FK UNHAS; PETRI UjungPandang

ABSTRAK
Pemeriksaan sederhana dengan mikroskop biasa dapat dideteksi adanya Leptospira dalam urine tanpa atau dengan pewarnaan.
Pada preparat hidup dapat dilihat gerakan-gerakan maju, mundur atau rotasi mulai dari gerakan lambat sampai yang cepat. Umumnya bentuk spiralnya sulit tampak dengan pembesaran 10 x 40 kali. Leptospira yang bergerak cepat pada akhirnya berhenti bergerak dengan sendirinya. Sebagaian tampak membelah diri dengan cara terpotong melintang, sehingga terpisah menjadi mother dan daughter leptospira. Hanya sebagaian kecil yang bergerak dengan bentuk spiral yang jelas.
Morfologi leptospira lurus atau melengkung, bentuk spiralnya sulit kelihatan dan begitu pula ujungnya berupa kait (hook). Ukurannya panjangnya bervariasi antara pendek, sedang dan panjang. Beberapa tampak seperti Streptokokus.
Dengan pewarnaan Giemsa berwarna kemerah-merahan, dan dengan gram merah kebiru-biruan (gram negatif). Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menetapkan diagnosis leptospira pada seseorang.

ABSTRACT
Simple diagnostic method by using light microscopy can be used for detecting leptospira in the urine with or without staining. In a living specimen we can observe the movement i.e. forward, backward and rotating, as well as slow and fast. The morphology of leptospira is spiral and difficult to be observed under 10x40 magnification. The fast moving leptospira usually stop by itself. Some of them have a segmented body and evetually separated. Thereby a mother and daughter leptospira can be seen. The morphology usually straight, spiral with hook ending. The size varied from short, intermediate, and long. Some of them look like streptococcus. With Giemsa staining the germ looks pink, and Gram staining it will look blue ( Gram negative). Further study is needed to evaluate the characteristic and diagnostic approach of leptospira in human (J Med Nus 1996; 17:72-76).

Leptospira merupakan kelompok kuman yang dapat menyebabkan leptospirosis, termasuk penyakit zoonosis, yang patogen disebut Leptospira interrogans dan yang tidak petogen disebut Leptospira biflexa. Disebut interrogans karena bentuknya menyerupai tanda tanya (?) (interrogative : menanyai) (Sanford, 1984). Ada 3 serovar yang sering menyebabkan infeksi pada manusia yaitu Leptospira ictrerohaemorrhagiae pada tikus, Leptospira canicola pada anjing dan Leptospira pomona pada sapi dan babi. Yang paling sering menyebabkan penyakit berat (penyakit Weil) adalah Leptospira ictreromorrhagiae. Leptospira masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan urine yang mengandung Leptospira. Disamping itu dapat juga melalui kulit yang lecet atau melalui konyuktiva (Jacobs RA, 1995). Leptospira yang masuk tubuh manusia adalah patogen (Leptospira interrogans).
Untuk mengamati gerakan Leptospira digunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). Alat ini sulit disiapkan di daerah perifer, sehingga diagnosis sangat sulit dilacak, walaupun secara klinis prevalensi Leptospira dewasa ini semakin meningkat.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Bahan penelitian
Bahan pemeriksaan adalah urine segar penderita yang suspek penyakit Weil.
Cara pemeriksaan :
A. Pemeriksaan urine langsung

Sebanyak 5 ml urine segar dimasukkan ke dalam tabung sentrifus.
Urine dipusing dengan kecepatan 1000-1500 rpm selama 5-10 menit.
Supernatan tabung sentifus dibuang, sehingga endapan tersisa bersama dengan urine sebanyak 1-2 tetes. Dalam prakteknya tabung dituang saja selama 3 detik lalu kemudian tabung diletakkan pada rak tabung yang telah disediakan.
Dengan hati-hati satu tetes urine tersebut disedot dengan pipa pasteur, lalu diletakkan ke atas gelas obyek kemudian ditutup dengan kaca penutup yang agak kecil (berukuran 22x22 mm). Harus dijaga agar tetesan tidak terlalu banyak, supaya urine tidak melimpah setelah ditutup dengan kaca penutup.
Preparat tersebut langsung diperiksa tanpa pewarnaan di bawah microskope dengan pembesaran 10 x 40.
Cahaya diatur jangan sampai terlalu terang yang menyilaukan atau justru cahaya terlalu gelap, karena pada kedua keadaan tersebut leptospira tidak akan tampak. Jadi kekuatan cahaya yang diatur sedemikian rupa kira-kira sama kuatnya bila hendak melihat sedimen urine.
Karena Leptospira bergerak, maka untuk mengamatinya secara cermat sewaktu-waktu diperlukan perubahan fokus.
Leptospira yang tidak bergerak terlalu cepat dapat dilihat bentuknya lebih jelas pada pembesaran 10 X 100 dengan minyak emersi.

B. Pemeriksaan dengan pewarnaan
Dilakukan seperti langkah 1 sampai 3 di atas.
Urine yang diteteskan di atas kaca obyek dibuat preparat halus yang tipis lalu dikeringkan.
Setelah kering difiksasi dengan methanol
Setelah kering dengan methanol diberi pengecetan Giemsa atau Gram.

HASIL PENGAMATAN
Hasil dapat diperoleh dari pemeriksaan tanpa pewarnaan atau dengan pewarnaan.
A. Pemeriksaan tanpa pewarnaan
Pada pemeriksaan Leptospira tanpa pewarnaan akan tampak beberapa keadaan sebagai berikut :
Bentuk leptospira
Ukuran Leptospira tidak sama, bervariasi antara 2? - 24?. Ada tiga ukuran panjang yaitu:
Berukuran mini, hanya menyerupai kuman berbentuk batang, ukurannya 4-6? (lebar 0,1-0,2?).
Ukuran sedang 2-3 X ukuran mini
Ukuran terpanjang, biasanya ukurannya 2 x ukuran sedang
Sebagaian leptospira berbentuk menyerupai streptokokus, dimana yang berukuran mini hanya terdiri dari 2 koki

Gerakan Leptospira
Ditemukan bentuk-bentuk batang yang bergerak maju sesuai dengan sumbu memanjang.
Ada yang bergerak sangat lincah, sehingga cepat melintasi lapangan penglihatan pada pembesaran 10x40 apalagi pada pembesaran 10x100. (pada pembesaran 10x100 Leptospira sulit dilihat). Kadang-kadang ada yang tampak bergerak secara rotasi bila mengambil arah vertikal. Umumnya yang bergerak lincah berukuran mini.
Ada yang bergerak sangat lemah, hanya dengan pengamatan yang teliti dapat diamati gerakannya terutama pada pembesaran 10x 100.
Ada yang tidak bergerak. Kalau diamati agak lama, maka beberapa Leptospira yang aktif akhirnya akan berhenti bergerak.
Hanya sebagaian kecil leptospira yang bergerak dengan bentuk spiral yang jelas.
Beberapa bentuk leptospira dari urine penderita Penyakit Weil
Leptospira yang berukuran panjang bila bergerak sekali cukup laju dan jauh jangkauannya. Mereka kadang-kadang bergerak kesatu arah, tetapi bila mengalami hambatan sering bergerak ?mundur? tanpa mengubah haluan, namun kecepatan geraknya secepat gerakan maju. Bila diamati terus, maka Leptospira ukuran terpanjang ini merupakan dua Leptospira yang akan membelah secara melintang, dimana ?kepalanya? lebih dahulu lahir. Setelah ?aterm? keduanya aktif untuk memisahkan diri dengan adanya pemisahan antara kedua ?ekor?. Rupanya adanya gerakan ? maju? dan ? mundur? tersebut di atas sebagai akibat dari gerakan individu pertama ke depan, sementara individu kedua tertarik saja, dan bila ?mundur? berarti individu kedua yang maju sedangkan individu pertama diam dan mengikut saja. Jadi sebelum keduanya berpisah untuk membentuk individu masing-masing, mereka dapat bergerak bergantian atau bersamaan dengan arah yang berlawanan.
Gerakan-gerakan inilah yang akhirnya memisahkan antara mother dan dauhter Leptospira tersebut. Spiralisasi gerakan badannya tidak begitu jelas, kadang-kadang hanya tampak seperti bergetar saja.
B. Dengan Pewarnaan Giemsa dan Gram
Dengan pewarnaan Giemsa Leptospira akan tampak sebagai batang-batang kecil yang lurus atau melengkung berwarna kemerah-merahan, tidak berbentuk spiral. Dengan pengecetan Gram berwarna merah kebiru-biruan (Gram Negatif). Kita mesti hati-hati dengan hyphe jamur yang kadang-kadang juga ditemukan.

DISKUSI
Kebanyakan penulis mengemukakan bahwa Leptospira hanya dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap (dark-field microscopy), fase kontrast (phase contrast) atau dengan cara imunofluoresens dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa (light microscopy) (Alexander, 1983; McClain, 1985; Kempe, 1987). Leptospira muncul dalam urine pada minggu kedua penyakit dan dapat bertahan satu bulan atau lebih (Kempe, 1987).
Tidak jelasnya bentuk spiral dari Leptospira sewaktu bergerak mungkin karena spiralnya sangat halus (very fine spiral) (Jawetz, 1982). Tetapi jika diamati beberapa preparat akan tampak beberapa Leptospira bergerak dengan spiral jelas. Dan gerakan rotasi jelas tampak pada waktu Leptospira bergerak secara vertikal. Gerakan maju mundur (move forward and backward) dalam urine dapat ditemukan sebagaimana dikemukan oleh Alexander (1983), bila Leptospira berada dalam medium cair yang lain.
Dengan pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum dapat dilihat. Hal mana akan terlihat lebih jelas pada pemeriksaan khusus dengan darkfield microscope (Jawets, 1982). Dengan scaning mikrograf elektron akan tampak kait dan spiralnya (Boyd and Hoerl, 1986). Dengan menggunakan mikroskop biasa struktur yang yang lebih kecil masih sulit terlihat dengan jelas.
Dalam keadaan tidak bergerak tanpa pewarnaan atau dengan pewarnaan atau dengan pewarnaan Giemsa atau Gram sebahagian Leptospira terkesan seperti streptokokus, sesuai dengan yang dikemukan potrais (pendekatan pribadi, seorang peneliti Belgia).
Ukuran Leptospira bervariasi antara 4-20? (Sparling dan Basemen, 1980; Joklik, 1984). Hal yang sama ditemukan pada penelitian ini ada yang berukuran mini, sedang dan panjang. Ukuran bervariasi dari 4 ? sampai 25 ?. Dengan pemeriksaan sederhana ini memungkinkan mengamati Leptospira pada pemeriksaan rutin urine dengan cukup mudah sambil dapat mengikuti gerakan-gerakannya.

KESIMPULAN
Leptospiruria mudah dideteksi dengan menggunakan mikroskop biasa dengan mengatur lapangan penglihatan redup (agak gelap) pada pembesaran minimal 10x40 atas preparat tanpa pewarnaan.
Adanya Leptospiruria dianggap positif bila ditemukan Leptospira yang bergerak minimal satu dalam satu lapangan penglihatan 10x40.
Leptospiruria belum dapat memastikan apakah Leptospira interrogans atau Leptospira biflexa.
Dengan pewarnaan Giemsa dan Gram sulit memastikan Leptospira karena bentuknya menyerupai hyphe jamur
Pemeriksaan leptospiruria tanpa pewarnaan lebih mudah mendeteksi Leptospira dari pada dengan pewarnaan Giemsa atau Gram.
Informasi tentang gerakan-gerakan Leptospira dalam urine dapat pula dilihat dalam Jurnal Medika Nusantara, 1996, vol 17, halaman 72-76.

BERATNYA LEPTOSPIRURI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
BERAT-RINGAN JUMLAH/LP 10X40 POSITIFITAS
RINGAN <50>50-100 ++
BERAT >100 +++

RUJUKAN
Alexander AD : Leptospirosis, in infection diseases, Hoeprich PD (Ed), 3rt Ed, Harper & Row Publishers, Philadelphia, 1985, 751-759.
Boys RE and Hoerl BG : Spirochetal and curved rods, In Basic Medical Micribiology, 3rd, Little Brown co, Toronto, 1986, 593-612
Jacobs RA: International Disease Spirochetal, In Current Medical Diagnosis & Treatment, Tierney LM (Eds), 34th Ed, A Lange Medical Book, London 1995, 1197-1214.
Jawetz E, Melnick JL and Adelbergh EA: Spirochetes & Other Spiral Microorganisme, Review of Medical Microbiology, 15th Ed., Lange Medical Publications, California, 1982, 253-260.
Joklik WK, Willett HP, and Amos DB: Treponema Borrelia, and Leptospira, In Zinsser Microbiology, 18th Ed, Appleton?Century-Crofts, Norwalk, 1984, 728-739.
Kempe CH, Silver HK, O?brien O, et al: Leptospirosis, In Current Pediatric Diagnosis & Treatment 1987, 9th Ed, Appleton & Lange, Norwalk, 1987, 893-894.
McClaim JB : Leptospirosis, In Cecil Textbook of Medicine, Myngaarden JB and Smith LH (Eds), Vol-2, WB Saunder Co, Tokyo, 1985, 1666-1668.
Sanford JP : Leptospirosis, In Hunter?s Tropical Medicine, 16th Ed, Stricland GT (Ed), WB Saunders Co, Tokyo, 1984, 262-270.
Sparling PF and Baseman JB: The Spirochetes, In Microbiology, 3rd Ed, Davis BD (Eds), Harper International Ed, Philadelphia, 1980, 751-762