Rabu, 29 April 2009

Flu Babi Berpotensi Berkembang di Indonesia

Flu babi yang menular ke manusia berpotensi berkembang di Indonesia. Namun, hampir dapat dipastikan keganasan flu babi Meksiko di bawah flu unggas yang telah mewabah di Indonesia.

Kepala Laboratorium Flu Unggas Universitas Airlangga CA Nidom mengatakan, flu babi sebenarnya sudah lazim. Penyakit dengan virus H1N1 di Indonesia sudah ada sejak dulu. Subtipe di Indonesia atau H1N1 klasik tidak berbahaya. "H1N1 tipe Meksiko yang dikenal sebagai flu babi sekarang inilah yang berbahaya," katanya di Surabaya, Selasa (28/4).

Berdasarkan riset Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, H1N1 tipe Meksiko diduga kuat gabungan flu unggas, flu babi, dan flu manusia. Virus kemungkinan berubah di tubuh babi.

"Sejak 2005, saya sudah melontarkan hipotesis ini. Saya sudah khawatir ini bakal terjadi. Akhir tahun lalu saya kembali mengingatkan potensi bahaya ini. Namun, sebagian kalangan masih menentang," ujarnya.

Virus yang berubah di tubuh babi lebih mungkin menular ke manusia. Pasalnya, manusia dan babi sama-sama mamalia yang cenderung memiliki kesamaan. Sebaliknya, flu unggas tidak bisa langsung ke manusia.

"Secara teoretis, virus di unggas tidak bisa langsung ke mamalia seperti manusia. Harus ada perantara mamalia lain dan itu kemungkinan besar babi," katanya.

Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama berupa adaptasi. "Kalau ini terjadi, dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada perubahan struktur virus," ujarnya.

Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasarkan pola ini, virus bisa berkembang menjadi gabungan flu babi, flu unggas, dan flu manusia. "Jika menyimak penjelasan di AS, ada kemungkinan reassortan (penyusunan ulang)," ujarnya.

Jika hal itu terjadi, tidak tertutup kemungkinan flu babi bisa berkembang di Indonesia. Salah satu pendukungnya adalah banyaknya peternakan ayam dan babi yang berdekatan. "Sejak flu unggas merebak, saya sudah mengemukakan pentingnya menata ulang peternakan," tuturnya.

Namun, di sisi lain, keganasan H1N1 tipe Meksiko tidak seperti H5N1. Dari sekitar 1.500 kasus di seluruh dunia, baru 150 berakhir dengan kematian. "Virus ini cepat menyebar, tetapi daya rusaknya rendah. Sebaliknya H5N1 lambat menyebar. Namun, daya rusaknya amat tinggi," ujarnya.

Kurang dari sebulan, H1N1 tipe Meksiko sudah menjangkiti ribuan orang. Sementara dalam tiga tahun, kasus H5N1 hanya tercatat sekitar 300 kasus di seluruh dunia. "Saya khawatir kalau hasil penyusunan ulang menghasilkan virus cepat menular dan daya rusaknya tinggi. Syukur sejauh ini belum menunjukkan tanda ke sana," ujar Nidom

Selasa, 21 April 2009

Penyakit Multiple Sklerosis


Multiple Sklerosis merupakan penyakit kronis (menahun) yang menyerang otak dan syaraf tulang belakang, sehingga sering menimbulkan kecacatan.

Penyakit ini dikenal juga sebagai penyakit autoimun yangbanyak menyerang dewasa muda hingga paruh baya. Sel-sel darah putih tertentu berbalik menyerang otak. Sel-sel darah putih tersebut disebut dengan sel T yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh kita justru merusak myelin (pembungkus atau pelindung saraf).

Siapa saja yang beresiko? Orang-orang yang berusia antara 20 hingga 40 tahun, dan lebih sering didapati pada ras Kaukasia,terutama di Eropa Utara, dua hingga tiga kali lebih banyak dialami wanita.

Kasus Multiple Sklerosislebih banyak didapati pada wilayah di atas garis khatulistiwa (40 derajat seksius di atas garis lintang khatulistiwa).

Perlu dilakukan suatu observasi yang ketat dan konseling terhadap Multiple Sklerosis yang ringan dan jarang timbul. Namun jika Multiple Sklerosis sering kambuh dan bertambah berat, maka perlu diatasi dengan obat-obatan, misalnya:
1. Beta interferon, merupakan sejenis tiruan dari protein alami manusia yang mengatur sistem kekebalan tubuh dan memerangi infeksi.
2. Glatiramer, merupakan alternatif untuk beta interferon yang mampu mengendalikan serangan Multiple Sklerosis dengan menjaga sistem kekebalan tubuh agar tidak merusak myelin.